Belajar Langsung di Lahan: Semangat Petani Muda Tembarak Menghadapi Hama Tanpa Drama
Mentari belum terlalu tinggi ketika sekelompok petani di Desa Menggoro, Kecamatan Tembarak, sudah berkumpul di lahan demplot bawang merah. Hari itu, suasana berbeda terasa—bukan sekadar rutinitas bertani, tapi sesi belajar lapangan yang penuh semangat dalam rangkaian Sekolah Lapang Tematik.
Pengamatan didampingi oleh penyuluh |
Didampingi penyuluh pertanian dan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), para peserta—banyak di antaranya petani milenial—belajar mengenali hama dan penyakit tanaman secara langsung dari lapangan.
Pengamatan Langsung, Ilmu yang Mengakar
Dengan buku dan alat tulis di tangan, para peserta menyusuri petak-petak tanaman bawang. Mereka mencermati daun-daun yang berlubang, bercak aneh di batang, hingga serangga-serangga kecil yang bersembunyi di balik tanaman. Petugas POPT menjelaskan satu per satu jenis hama dan cara pengendaliannya.
“Ini bukan cuma belajar, tapi menyelami masalah dari akarnya. Kita lihat langsung, kita catat, lalu kita diskusikan solusinya.”
— Pak Gatot, penyuluh pertanian
Belajar Bareng, Tertawa Bareng
Yang membuat kegiatan ini begitu berkesan adalah suasananya. Meski membahas hal serius seperti pengamatan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), canda dan tawa tak pernah hilang dari tengah kelompok. Salah satu peserta bahkan sempat berkelakar:
“Hama saja kita kenali satu-satu, masa jodoh nggak?”
Itulah kekuatan dari Sekolah Lapang: ilmu disampaikan tanpa tekanan, suasana dibuat bersahabat, dan semangat gotong royong terasa kental.
Petani Muda, Harapan Baru
Keterlibatan petani muda jadi sorotan tersendiri. Mereka membawa semangat baru, semangat belajar, dan keinginan kuat untuk menjadikan pertanian lebih cerdas dan efisien.
“Dulu saya pikir bertani itu cuma soal tanam dan panen. Tapi sekarang saya tahu, mencegah hama sejak dini itu kunci hasil maksimal.”
— Kamto Sutrio, peserta dari kelompok tani setempat
Dari Menggoro untuk Masa Depan Pertanian
Kegiatan pengamatan OPT ini hanyalah satu sesi dari rangkaian panjang Sekolah Lapang. Namun di Desa Menggoro, hari itu menjadi bukti bahwa belajar tidak harus di kelas, dan bahwa petani adalah ilmuwan di lahannya sendiri.
Semangat peserta, dukungan penyuluh, dan kerja sama lintas pihak menjadi modal kuat untuk menjawab tantangan pertanian modern—dari desa, dari tanah, dan dari hati.
Komentar
Posting Komentar