Mencrit: Warisan Padi Lokal Temanggung yang Nyaris Terlupakan

Di tengah dominasi varietas unggul hasil pemuliaan modern, Temanggung menyimpan satu kekayaan hayati yang mulai memudar dari ingatan: padi Mencrit. Varietas lokal ini bukan hanya soal bulir dan hasil panen, melainkan juga cerita tentang tanah, petani, dan budaya yang telah bertahan turun-temurun.

Apa itu Mencrit?

Mencrit adalah varietas padi lokal yang dahulu banyak ditanam di kawasan perbukitan dan lereng gunung di Temanggung. Ciri khasnya antara lain:

  • Tekstur nasi pulen dengan aroma khas
  • Tanaman tinggi dan lentur, tahan angin
  • Umur tanam 5–6 bulan (lebih lama dari varietas unggul)
  • Rasa lebih enak jika dimasak tradisional (kayu bakar)

Kenapa Dinamakan Mencrit?

Konon, nama "Mencrit" berasal dari kesan tekstur nasinya yang nglembek tapi tidak lembek. Dalam bahasa Jawa, kata ini juga bisa berarti sesuatu yang kecil dan lincah, mencerminkan bentuk gabahnya yang mungil namun berisi.

Kearifan Lokal dalam Padi Mencrit

Dulu, Mencrit tidak hanya untuk makan, tapi juga bagian dari budaya:

  • Disajikan dalam bersih desa dan kenduri
  • Bekal petani ke ladang (karena nasinya awet)
  • Cadangan pangan keluarga saat paceklik

Mengapa Mulai Ditinggalkan?

Sejak revolusi hijau, Mencrit mulai tergeser oleh varietas unggul karena:

  • Umurnya lebih pendek (90–120 hari)
  • Produksi per hektar lebih tinggi
  • Mendapat subsidi benih dan pupuk

Namun di balik itu, kita kehilangan cita rasa dan keanekaragaman hayati lokal.

Upaya Pelestarian

Beberapa petani dan komunitas mencoba menyelamatkan Mencrit lewat:

  • Pertanian organik
  • Festival pangan lokal
  • Bank benih desa
  • Dukungan penyuluh dan sekolah lapang

Penutup

Mencrit bukan sekadar padi. Ia adalah warisan, ingatan, dan ketahanan pangan lokal Temanggung.

Mari kita kenali, tanam kembali, dan wariskan padi Mencrit , sebelum ia benar-benar hanya tinggal cerita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini