Senin, 27 Juni 2022

HAMA TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

Tikus Sawah (Rattus argentiventer Rob & Kloss) 



Hama tikus menyerang pertanaman padi pada semua stadium pertumbuhannya sejak dari pesemaian hingga panen. Tikus menyerang dengan memotong dan memakan bagian tanaman yang mendukung pertumbuhannya, sehingga fase generatif merupakan stadium yang paling disukai. Puncak populasi dan serangan terjadi pada fase generatif perkembangan padi.

Ciri-ciri morfologi tikus sawah adalah sebagai berikut : (1) bagian punggungnya berwarna coklat muda dengan bercak hitam, (2) bagian perut dan dada berwarna putih, (3) pangan kepala 130 – 210 mm, (4) ekor 120 – 200 mm, (5) tungkai 34 -43 mm dan (6) jumlah puting susu betina 12 buah yang terdiri dasi 3 pasang di bagian dada dan 3 pasang di bagian perut. Sedangkan karakter populasinya adalah (1) puncak populasi 1 – 2 kali, (2) jantan siap kawin pada 60 hari, (3) betina siap kawin pada 28 hari, (4) masa bunting 19 – 23 hari, (5) masa kawin setelah melahirkan 2 hari, (6) jumlah anak 2 – 18 per kelahiran, (7) jelajah harian 50 – 125 m, dan (8) migrasi mencapai 1 – 2 km.

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) tanam serempak, (2) minimalisasi ukuran pematang, (3) sanitasi lingkungan, (4) pemasangan bubu di pesemaian, (5) pemasangan bubu perangkap di pertanaman, (6) pemanfaatan tanaman perangkap, (7) pemanfaatan musuh alami, (8) fisik dan mekanik, (9) pengemposan beracun dan (10) pengumpanan beracun. 

Penggerek batang padi  



Pertanaman padi di Indonesia dilaporkan terserang oleh 6 jenis penggerek batang yaitu (1) penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas Walker, (2) penggerek batang padi putih S. innotata Walker, (3) penggerek batang padi bergaris Chilo suppressalis Walker, (4) penggerek batang padi kepala hitam C. polychrysus Walker (5) penggerek batang padi berkilat C. auricilius Dudgeon, dan (6) penggerek batang padi merah jambu Sesamia inferens Walker.  Serangan penggerek batang padi dapat terjadi sejak pesemaian hingga panen. Serangan pada pesemaian dan vegetatif larva penggerek akan menyerang titik tumbuh dan mengakibatkan pucuk menjadi layu dan kering (sundep), sedangkan pada fase generatif larva menyerang pada pangkal tangkai yang menyebabkan malai menjadi mati dan hampa (beluk).

Ciri-ciri morfologi penggerek batang padi kuning adalah sebagai berikut : (1) telur diletakkan dalam kelompok yang ditutupi oleh rambut berwarna coklat kekuningan dan keperidian bisa mencapai 100 – 600 butir telur, (2) larva berwarna putih kenuningan sampai kehijauan dengan panjang maksimum 25 mm dan terdiri atas 5 – 7 instar, (3) pupa berwarna kekuningan atau agak putih, terbungkus kokon yang berupa selaput benang berwarna putih dan ukuran panjang 12 – 15 mm dan (4) ngengat jantan mempunyai bintik hitam pada sayap depan, ngengat betina berwarna kuning dengan bintik hitam pada bagian tengah sayap depan, jangkauan terbang 6 – 10 km dan aktif pada malam hari serta tertarik cahaya.

Ciri-ciri  morfologi penggerek batang padi putih adalah sebagai berikut : (1) telur diletakkan dalam kelompok yang ditutupi oleh rambut berwarna coklat kekuningan dan keperidian bisa mencapai 170 – 260 butir telur, (2) larva berwarna putih kenuningan dengan panjang maksimum 21 mm dan dapat mengalami diapause, (3) pupa berwarna kekuningan atau agak putih, terbungkus kokon yang berupa selaput benang berwarna putih, dan (4) ngengat jantan berukuran 11 mm dan betina 13 mm, ngengat berwarna putih dan aktif pada malam hari serta tertarik cahaya.

Ciri-ciri morfologi penggerek batang padi bergaris adalah sebagai berikut : (1) telur diletakkan dalam kelompok di permukaan bawah daun atau di pangkal batang/pelapah seperti sisik-sisik berwarna putih dan keperidian bisa mencapai 20 – 150 butir telur, (2) larva berwarna abu-abu dengan kepala hitam dan 5 garis coklat di tubuhnya dengan panjang maksimum 26 mm, (3) pupa berwarna coklat tua, dan (4) kepala berwarna coklat muda, sayap depan coklat tua dan venasi sayap sangat jelas dan aktif pada malam hari serta tertarik cahaya.

Ciri-ciri morfologi penggerek batang padi kepala hitam adalah sebagai berikut : (1) telur diletakkan dalam kelompok di permukaan bawah daun dekat pangkal daun atau pelapah tidak tertutup sisik-sisik, (2) kepala larva berwarna hitam dengan panjang maksimum 18 – 24 mm, (3) pupa berwarna coklat tua, dan (4) kepala berwarna hitam, sayap bersisik dan bagian tengah mengkilat keperakan dan sayap belakang berwarna kuning muda dan aktif pada malam hari serta tertarik cahaya.

Ciri-ciri morfologi penggerek batang padi merah jambu adalah sebagai berikut : (1) telur diletakkan dalam barisan, seperti manik-manik diantara pelapah daun dan jumlah telur 2 – 3 barisan dan 30 – 100  per kelompok, (2) kepala larva berwarna merah jambu dengan panjang maksimum 35 mm, (3) pupa berwarna coklat tua, panjang 18 mm dan berada pada pelepah atau batang, dan (4) dewasa berwarna coklat dengan garis coklat tua, sayap belakang berwarna keputihan dan aktif pada malam hari serta kurang tertarik cahaya.

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) pengaturan pola tanam, (2) fisik dan mekanik, (3) pengendalian hayati, (4) pengendalian kimia bila kelompok telur > 1 atau intensitas > 5 % dan tingkat parasitisasi < 50 %. 

Wereng Batang Padi   



Pertanaman padi di Indonesia dilaporkan terserang oleh 2 jenis wereng batang yaitu (1) wereng batang coklat Nilaparvata lugensStall, dan (2) wereng punggung putih Sogatella furcifera Horvath. Serangan wereng batang coklat dan wereng punggung putih  dapat terjadi sejak pesemaian hingga panen. Serangga ini  menyerang tanaman padi dengan menusuk dan mengisap cairan hasil fotosintesa yang mengakibatkan terganggunya proses fisiologi tanaman. Pada populasi yang rendah serangan wereng batang ini tidak menimbulkan gejala serangan pada pertanaman padi, namun dampaknya terhadap produktivitas padi sangat tinggi. Sedangkan apabila populasinya sangat tinggi, serangan wereng batang ini akan mengakibatkan mati dan keringnya tanaman padi yang populer disebut “hooperburn”.

Ciri-ciri morfologi wereng batang coklat adalah sebagai berikut : (1) telur berwarna putih berbentuk seperti pisang diletakkan dalam kelompok dalam jaringan tanaman dan ditutupi oleh selaput yang transparan pada permukaan luarnya dan keperidian bisa mencapai 100 – 600 butir telur, (2) nimfa berkembang dalam 5 instar yang dibedakan berdasarkan ukuran tubuh dan bentuk bakal sayapnya, nimfa muda berwarna putih dan nimfa tua berwarna coklat terang, dan (3) dewasa memiliki 2 bentuk sayap (panjang = makroptera dan pendek = brachyptera), berwarna coklat muda sampai coklat tua. Sedangkan karakter populasinya adalah (1) dalam satu musim padi terbentuk 3 – 4 generasi, (2) generasi perusak terjadi pada fase generatif tanaman, (3) betina telah matang pada 0.5 – 1 hari setelah dewasa, (4) daya adaptasi terhadap tekanan seleksi sangat tinggi , (5) kerusakan dominan terjadi pada musim hujan dan di daerah tanam serempak, (6) perkembangan populasinya sulit diramalkan, (7) migrasi dapat mencapai jarak yang sangat jauh dan (8) vektor yang sangat efektif  bagi penyakit kerdil hampa dan rumput.

Ciri-ciri morfologi wereng punggung putih adalah sebagai berikut : (1) telur berwarna putih berbentuk seperti pisang diletakkan dalam kelompok dalam jaringan tanaman dan tidak tertutup oleh lapisan apapun dan keperidiannya lebih rendah dari wereng batang coklat, (2) nimfa berkembang dalam 5 instar yang dibedakan berdasarkan ukuran tubuh dan bentuk bakal sayapnya, nimfa berwarna putih hingga coklat muda dan (3) dewasa memiliki 2 bentuk sayap (panjang = makroptera dan pendek = brachyptera), berwarna putih kotor, pada permukaan atas thorak terdapat bercak berwarna putih dan pada sayap depannya terdapat pita putih yang membujur.  Sedangkan karakter populasinya adalah (1) migrasi di pertanaman padi lebih cepat, (2) puncak populasi biasanya terjadi pada fase vegetatif, (3) jarang terjadi ledakan populasi dan (4) tingkat  kompetisi dengan wereng batang coklat rendah.

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) pengaturan pola tanam, (2) penggunaan  varietas tahan, (3) pengendalian hayati, (4) eradikasi, dan (5) pengendalian kimia bila populasi 10 ekor/rumpun umur < 40 HST dan 20 ekor/rumpun pada umur > 40 HST.

 

Wereng Daun Hijau dan Tungro    



Pertanaman padi di Indonesia dilaporkan terserang oleh 3 jenis wereng daun hijau yaitu (1) Nephotettix virescens Distant, (2) Nephotettix nigropictus Stall dan (3) Nephotettix parvus Ishihara. Serangan dan populasi wereng daun hijau lebih dominan terjadi pada fase pesemaian dan vegetatif.  Serangga ini  menyerang tanaman padi dengan menusuk dan mengisap cairan hasil fotosintesa yang mengakibatkan terganggunya proses fisiologi tanaman. Kerugian secara langsung akibat serangan wereng daun hijau jarang ditemukan di lapangan, karena jarang sekali ditemukan populasi yang eksplosif yang mengakibatkan menguningnya daun padi. Serangan secara tidak langsung akibat penularan virus tungro jauh lebih dominan di lapangan.

Ciri-ciri morfologi wereng hijau adalah sebagai berikut : (1) telur berwarna putih berbentuk lonjong, diletakan pada bagian pelepah daun secara berkelompok seperti pisang, (2) nimfa berwarna hijau muda/hijau keputihan, dengan bagian ujung abdomen yang meruncing, dan (3) dewasa berwarna hijau berukuran 4 – 6 mm, bagian ujung sayap berwarna hitam, serangga aktif pada malam hari dan tertarik cahaya.

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) pengaturan pola tanam, (2) penggunaan  varietas tahan, (3) pengendalian hayati, dan (4) eradikasi tanaman terserang dan (5) sanitasi lingkungan dari inang alternatif Cynodon sp dan Echinochloa sp (jajagoan). 

Hama Putih dan Hama Putih palsu  



Serangan Hama putih dan hama putih palsu pada tanaman padi menimbulkan rusaknya jaringan daun dengan meninggalkan lapisan daun bagian atas dan akhirnya kering seperti terbakar.

Ciri-ciri morfologi hama putih Nymphula depunctalis adalah sebagai berikut : (1) telur berwarna kuning muda, diletakkan dalam kelompok pada pelepah dekat permukaan air dan terdiri dari 10 – 20 butir telur per kelompok, (2) larva berwarna krem dan berubah menjadi hijau setelah makan daun, kepala berwana kuning, (3) pupa berwarna krem dalam gulungan daun/tabung, dan (4) ngengat berwarna putih dengan panjang sayap 6 mm dan rentang sayap 15 mm. 

Ciri-ciri morfologi hama putih palsu Cnaphalocrosis medinalis adalah sebagai berikut : (1) telur diletakkan dalam kelompok pada permukaan atas atau bawah daun pucuk dan keperidian dapat mencapai 3000 ekor, (2) larva berwarna putih dengan kepala coklat berwarna putih dan berubah menjadi hijau setelah makan daun, (3) pupa berwarna kuning, dan (4) ngengat berwarna coklat muda dengan sayap depan bergaris vertikal 2 – 3 buah, aktif malam hari dan tertarik cahaya.

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) pengaturan air irigasi, dan (2) penggunaan insektisida bila serangan > 20 %.

Ulat Grayak Spodoptera spp



Ulat grayak ini merupakan serangga hama yang sangat polifag dan dilaporkan menyerang pertanaman jagung, tebu, gandum, sorghum, kacang hijau, tembakau, kentang, kubis dan jenis rerumputan lainnya.

Ciri-ciri morfologi hama ulat grayak adalah sebagai berikut : (1) telur diletakkan dalam kelompok pada permukaan bawah daun yang ditutup oleh sisik berwarna kelabu, (2) larva yang baru menetas sangat aktif bergerak dan meraut bagian hijau daun, dalamm keadaan istirahat larva berbentuk huruf C, (3) pupa terbentuk dalam tanah atau diantara rerumputan dan (4) ngengat berwarna hitam kelabu, sayap depan berwarna coklat kelabu dengan bercak-bercak coklat gelap dan kuning dan satu garis kelabu di bagian pinggir.

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) persemaian jauh dari areal rerumputan,  (2) sanitasi pesemaian, (3) penggenangan pesemaian dan (4) penggunaan insektisida bila populasi  > 2 ekor per meter persegi.

Walang Sangit  Leptocorisa oratorius Thunb.

Walang sangit menyerang pertanaman padi sejak pembungaan dan populasi meningkat pada saat fase masak susu. Serangan serangga hama ini mengakibatkan gagalnya penisian, sehingga terbentuk butir hama. Selain itu sering dijumpai adanya infeksi sekunder cendawan dan bakteri yang mengakibatkan busuknya butir padi.

Ciri-ciri morfologi hama walang sangit adalah sebagai berikut : (1) telur beebentuk pipih lonjong, panjang 1 mm dan berubah menjadi hitam menjelang menetas, (2) nimfa berbentuk ramping berwarna hijau terang dengan sayap yang belum sempurna, menjelang dewasa warna berubah menjadi coklat keabuan, (3) dewasa berukuran 14 – 17 mm, berwarna coklat, aktif pada sore dan malam hari dan bersayap sempurna.

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) pengaturan pola tanam,  (2) sanitasi lingkungan, (3) mekanik dengan perangkap bangkain kepiting, ketam, tulang-tulang dan (4) penggunaan insektisida bila populasi  > 10 ekor per rumpun pada stadia berbunga.

Ganjur  Orseolia oryzae Wood-Mason

Larva ganjur menyerang tanaman padi dengan memakan titik tumbuh dan menyebabkan berubahnya bentuk daun menjadi gulungan seperti daun bawang (puru). Tanaman yang terserang ganjur akan mengkompensasi dengan pembentukan anakan, sehingga terbentuk jumlah anakan yang sangat banyak.

Ciri-ciri morfologi hama ganjur adalah sebagai berikut : (1) telur berbentuk lonjong, berwarna putih bening, diletakkan secara terpencar atau berkelompok pada pelepah daun atau helaian daun,  (2) larva berwarna orange dengan panjang 1.3 mm dan pada satu tunas terdapat 1 larva, (3) pupa berwarna pucat dan menjelang menetas berwarna merah jingga dan terletak pada ujung puru, (4) dewasa berwarna merah cerah atau kusam dengan ukuran seperti nyamuk.

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) pengaturan waktu tanam dan jarak tanam,  (2) sanitasi lingkungan, dan (3) penggunaan insektisida bila populasi puru 10 % dengan parasitisasi 50 % pada umur < 40 hari setelah tanam.

Siput Murbei  Pomacea caniculata

Siput murbei menyerang pertanaman padi pada stadium vegetatif awal (1 – 2 minggu setelah tanam) dengan cara memotong dan memakan rumpun padi. Serangan berat dapat mengakibatkan kegagalan pertumbuhan padi dan harus dilakukan penanaman ulang.

Ciri-ciri morfologi siput murbei adalah sebagai berikut : (1) telur berbentuk bulat diletakkan secara berkelompok pada pangkal batang, batang kayu, tembok, dinding saluran, berwarna merah jambu dan akan berubar jadi pudar menjelang menetas, jumlah telur per kelompok dapat mencapai 25 – 500 butir,  (2) nimfa berukuran 1.7 – 2.0 mm, kulit lemah dan mengeras setelah berumur 2 hari dan hidup di permukaan air, dan  (3) dewasa mempunyai cangkang yang berwarna kuning keemasan, ukuran tubuh 3 – 4 cm dengan berat 10 – 20 gram, jantan ukurannya lebih kecil.

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) mekanis dengan pembuatan parit di sekeliling lahan, pemasangan ajir dan pemasangan saring di saluran air masuk, (2) pemanfaatan musuh alami dengan pelepasan itik dan ikan.

Belalang kembara  Locusta migratoria manilensis

Belalang kembara merupakan serangga hama yang polifag dan sangat sulit untuk ditangani. Dalam perkembangannya dikenal 3 fase pertumbuhan populasi yaitu fase soliter (hidup sendiri-sendiri dan tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman), fase gregaria (hidup bergerombol dalam kelompok-kelompok besar, berpindah-pindah tempat dan menimbulkan kerusakan tanaman secara besar-besaran) dan fase transien (perubahan dari fase soliter ke gregaria atau dari gregaria ke soliter).

Ciri-ciri morfologi belalang kembara adalah sebagai berikut : (1) telur berwarna keputihan berbentuk seperti pisang diletakkan dalam tanah, keperidian betina mencapai kurang lebih 270 butir,  (2) nimfa mengalami 5 kali ganti kulit, berwarna hitam dan berubah menjagi merah jingga seiring dengan perkembangannya, dan  (3) dewasa berwarna coklat kekuningan (betina) atau kuning mengkilat (jantan).

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) pola tanam, penanaman tanaman yang tidak disukai atau kurang disukai, (2) mekanis, pengumpulan telur dengan pengolahan tanah, penjaringan dan pembakaran nimfa, (3) hayati, dengan npemanfaatan Metarrhizium sp., Beauveria sp. atau Enthomophaga sp., dan (4) kimiawi pada saat populasi tinggi dan dominan nimfa kecil.

 

Kepinding Tanah Scotinophora coartata

Kepinding tanah merupakan serangga hama yang menyerang pertanaman padi dengan cara menusuk mengisap cairan fotosintesa dan menimbulkan bercak-bercak coklat pada bekas tusukan.  Serangga hidup pada pangkal batang dan pada bulan purnama sering melakukan migrasi besar-besaran dan berkumpul pada lampu-lampu.

Ciri-ciri morfologi kepinding tanah adalah sebagai berikut : (1) telur berbentuk lonjong, berwarna merah jambu kehijauan, diletakkan secara berkelompok pada pangkal rumpun padi,  (2) nimfa berwarna hitam kekuningan dengan tanda-tanda hitam  pada tubuhnya, dan (3) dewasa berwarna coklat kehitama, menyukai keadaan basah.

Cara pengendalian yang dapat dilakukan antara lain (1) pengaturan pola tanam,  (2) sanitasi lingkungan, dan (3) penggunaan insektisida bila populasi > 30 ekor per rumpun pada umur > 30 hari setelah tanam.

 

PENUTUP

 

Hama tanaman padi sangat merugikan petani, sehingga perlu untuk dikenal atau diidentifikasikan dan kemudian bisa dicarikan solusi untuk pengendalianya. Hama tanaman padi sangat berpotensi menurunkan produktivitas padi.

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) maupun Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) bersama petani diharapkan dapat mengetahui hama-hama yang merugikan tanaman padi ini untuk krmudian bisa menentukan langkah pengendalianya sehingga potensi kehilangan hasil akibat serangan hama ini bisa dihindari.