Rabu, 27 Juli 2022

KONSEP HEMAT AIR PADA BUDIDAYA PADI SAWAH

         

 Prinsip dari konsep hemat air dalam budidaya padi sawah penting atas dasar pertimbangan bahwa : a) ketersediaan air semakin terbatas, b) kemarau panjang akibat El-Nino (anomali iklim), c) intensifikasi tanam masih rendah, d) efisiensi pemanfaatan air masih rendah, e) pendistribusian air antara wilayah hulu dan hilir bahkan antar golongan air masih terdapat kesenjangan yang tinggi dan f) efisiensi masukan (input) produksi sangat ditentukan oleh cara pengelolaan air yang tepat.

Di dalam praktek teknik hemat air  mudah dilaksanakan pada kondisi :

 a) pemilihan varitas yang berumur genjah, 

b) kalender tanam dalam suatu hamparan tersier seragam, 

c) waktu dan cara pengolahan tanah yang sesuai dengan jadwal pemberian air, 

d) pengaturan penggenangan air menurut fase pertumbuhan tanaman baik tinggi dan durasinya 

e) penerapan pergiliran air (kondisi pasokan air di bawah normal), 

f) pemeliharaan pematang termasuk kerapatan pematang dalam luasan tertentu dan

 g) drainase permukaan terutama pada musim hujan.

Teknik hemat air mempunyai sasaran utama yaitu produktivitas  air (perbandingan antara hasil gabah dan konsumsi air total) yang lebih tinggi dari pada produktivitas air dengan cara pemberian kontinyu. Ada dua strategi dalam perbaikan produktivitas air : 

a) hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total tetap atau 

b) hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total berkurang. 

Peningkatan hasil dapat ditempuh melalui perbaikan komponen teknik budidaya,  input air dan penurunan konsumsi air total. Hal tersebut dapat pula ditempuh melalui reduksi evaporasi, perkolasi dan rembesan di petakan usahatani.

Selang 4 (empat) hari pemberian merupakan batas kritis waktu pemberian air untuk varietas padi sawah dan batas jenuh lapangan selama fase vegetatif dan pematangan tidak menurunkan hasil.  Selama fase reproduktif (primordia bunga sampai pembungaan) perlu pemberian air dengan genangan air dangkal 3 – 5 cm. Dalam kondisi kekurangan air,  pemberian air perlu diprioritaskan selama fase reprodutif (fase sensitif kekurangan air).

Penggenangan air terutama ditujukan untuk mengurangi tekanan investasi gulma (weed pressure) dan pengendalian beberapa hama tertentu, namun sebenarnya tanaman padi sawah tidak memerlukan genangan air untuk seluruh fase pertumbuhannya.  Penggenangan air yang dalam (di atas 15 cm) dan dalam jangka waktu yang lama dapat menciptakan kondisi tanah semakin masam,  ekstrim reduktif, ketersediaan hara mikro semakin berkurang, infeksi penyakit dan infestasi hama meningkat, kerebahan batang, laju perkolasi dan rembesan (pergerakan air lateral)  di petakan sawah meningkat dan sistem perakaran tanaman cepat rusak sehingga kapasitas penyerapan hara berkurang.



 Selain itu potensi kehilangan hara melalui pencucian dan aliran permukaan meningkat. Kondisi tanpa penggenangan air selama periode tertentu diperlukan terutama untuk memperbaiki kondisi aerasi di daerah perakaran, merangsang pembentukan anakan, aktivitas perakaran meningkat, mengurangi populasi hama wereng, menekan laju perlokasi, rembesan, aliran permukaan dan pencucian hara.

Fase pertumbuhan tanaman padi sawah yang memerlukan drainase permukaan (tanpa genangan air) adalah: awal tanam, fase anakan aktif (20 HST), (45 – 55 HST) dan 10 hari menjelang panen. Pada saat penyiangan dan pemupukan biasanya tidak membutuhkan penggenangan air masing-masing sekitar  4 hari. Drainase permukaan juga penting untuk menekan emisi gas metan (efek rumah kaca) dan juga mengurangi keracunan di daerah perakaran.

Tahapan dalam menyusun rekomendasi teknik pengelolaan air untuk suatu lokasi dapat dilaksanakan dengan pertimbangan:

a.    karateristik debet air di saluran sekunder untuk layanan air untuk beberapa petak tersier.

b.    jadwal alokasi air pada tiap petak tersier dan kalender tanam pada tiap petak tersier atau kelompok tani.

c.     rencana mulai pengolahan tanah, tanam dan permintaan air (usulan) dari lembaga pengelolaan air ke dinas pengairan setempat.

d.    pemilihan sejumlah 10 orang petani mewakili wilayah hulu dan 10 petani untuk wilayah hilir terutama yang melakukan budidaya  padi sawah model PTT.

e.    pada tiap-tiap petani kooperator tersebut dipasang satu silinder  terbuka untuk memantau penggenangan air dan penentuan waktu pemberian air. Perubahan tinggi air dicatat setiap hari sejak tanam sampai panen.

f.      Koordinasi dengan lembaga pengelolaan air dari dinas pengairan untuk menyesuaikan alokasi air pada tingkat tersier untuk memperluas teknologi hemat air secara berkelanjutan.

Pada fase pematangan, tanah perlu didrainase yaitu dua minggu menjelang panen (batas waktu kritis), drainase permukaan yang dilakukan pada waktu seminggu  menjelang panen mengakibatkan kerusakan tanaman dan menggangu proses panen. Selain itu tanaman padi sawah mempunyai masa kritis terhadap ”full submergence” ( pertumbuhan penuh ) dari primordia bunga sampai pembungaan dan dengan tinggi genangan air (25 % dari tinggi tanaman) selama fase tersebut akan mengurangi hasil  20 – 30 %.

Drainase permukaan dapat dilakukan pada umur tanaman 30 – 40 hari setelah tanam (sebelum tercapai anakan maksimal) selama  5 - 7 hari untuk menekan munculnya anakan yang tidak produktif, sehingga tingkat produksi gabah per malai, bobot individu gabah dan hasil meningkat. Teknik ini sesuai dilakukan terutama pada lahan sawah dengan kondisi drainase buruk. Teknik ini dapat dilakukan pada musim hujan maupun kemarau 

Konsep hemat air mutlak diketahui oleh masyarakat tani dikarenakan sekarang ini debit air sudah mulai menurun disamping tingkat kebutuhan manusia akan air yang semakin meningkat baik untuk krbutuhan pertanian maupun untuk air minum dan kebutuhan sehari-hari.

Selain iti produksi padi sangat dipengaruhi oleh pengelolaan air yang tepat sehingga apabila petani ,enginginkan produksi yang optimal maka harus bisa mengelola kebutuhan air dari tanaman yang diusahakannya yaitu tanaman padi.