Prinsip dari konsep hemat air dalam budidaya padi sawah penting atas dasar pertimbangan bahwa : a) ketersediaan air semakin terbatas, b) kemarau panjang akibat El-Nino (anomali iklim), c) intensifikasi tanam masih rendah, d) efisiensi pemanfaatan air masih rendah, e) pendistribusian air antara wilayah hulu dan hilir bahkan antar golongan air masih terdapat kesenjangan yang tinggi dan f) efisiensi masukan (input) produksi sangat ditentukan oleh cara pengelolaan air yang tepat.
Di dalam praktek teknik hemat air mudah dilaksanakan pada kondisi :
a) pemilihan varitas yang berumur genjah,
b) kalender tanam dalam suatu hamparan tersier seragam,
c) waktu dan cara pengolahan tanah yang sesuai dengan jadwal pemberian air,
d) pengaturan penggenangan air menurut fase pertumbuhan tanaman baik tinggi dan durasinya
e) penerapan pergiliran air (kondisi pasokan air di bawah normal),
f) pemeliharaan pematang termasuk kerapatan pematang dalam luasan tertentu dan
g) drainase permukaan terutama pada musim hujan.
Teknik hemat air mempunyai sasaran utama yaitu produktivitas air (perbandingan antara hasil gabah dan konsumsi air total) yang lebih tinggi dari pada produktivitas air dengan cara pemberian kontinyu. Ada dua strategi dalam perbaikan produktivitas air :
a) hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total tetap atau
b) hasil gabah meningkat dengan konsumsi air total berkurang.
Peningkatan hasil dapat ditempuh melalui perbaikan komponen teknik budidaya, input air dan penurunan konsumsi air total. Hal tersebut dapat pula ditempuh melalui reduksi evaporasi, perkolasi dan rembesan di petakan usahatani.
Selang 4 (empat) hari pemberian merupakan batas kritis waktu pemberian
air untuk varietas padi sawah dan batas jenuh lapangan selama fase vegetatif
dan pematangan tidak menurunkan hasil.
Selama fase reproduktif (primordia bunga sampai pembungaan) perlu
pemberian air dengan genangan air dangkal 3 – 5 cm. Dalam kondisi kekurangan air, pemberian air perlu diprioritaskan selama
fase reprodutif (fase sensitif kekurangan air).
Penggenangan air terutama ditujukan untuk mengurangi tekanan investasi
gulma (weed pressure) dan pengendalian beberapa hama tertentu, namun sebenarnya
tanaman padi sawah tidak memerlukan genangan air untuk seluruh fase
pertumbuhannya. Penggenangan air yang
dalam (di atas 15 cm) dan dalam jangka waktu yang lama dapat menciptakan
kondisi tanah semakin masam, ekstrim
reduktif, ketersediaan hara mikro semakin berkurang, infeksi penyakit dan
infestasi hama meningkat, kerebahan batang, laju perkolasi dan rembesan
(pergerakan air lateral) di petakan
sawah meningkat dan sistem perakaran tanaman cepat rusak sehingga kapasitas
penyerapan hara berkurang.
Selain itu potensi kehilangan
hara melalui pencucian dan aliran permukaan meningkat. Kondisi tanpa
penggenangan air selama periode tertentu diperlukan terutama untuk memperbaiki
kondisi aerasi di daerah perakaran, merangsang pembentukan anakan, aktivitas
perakaran meningkat, mengurangi populasi hama wereng, menekan laju perlokasi,
rembesan, aliran permukaan dan pencucian hara.
Fase pertumbuhan tanaman padi sawah yang memerlukan drainase permukaan
(tanpa genangan air) adalah: awal tanam, fase anakan aktif (20 HST), (45 – 55
HST) dan 10 hari menjelang panen. Pada saat penyiangan dan pemupukan biasanya
tidak membutuhkan penggenangan air masing-masing sekitar 4 hari. Drainase permukaan juga penting untuk
menekan emisi gas metan (efek rumah kaca) dan juga mengurangi keracunan di daerah
perakaran.
Tahapan dalam menyusun
rekomendasi teknik pengelolaan air untuk suatu lokasi dapat dilaksanakan dengan
pertimbangan:
a.
karateristik debet air di saluran
sekunder untuk layanan air untuk beberapa petak tersier.
b.
jadwal alokasi air pada tiap
petak tersier dan kalender tanam pada tiap petak tersier atau kelompok tani.
c.
rencana mulai pengolahan tanah,
tanam dan permintaan air (usulan) dari lembaga pengelolaan air ke dinas
pengairan setempat.
d.
pemilihan sejumlah 10 orang
petani mewakili wilayah hulu dan 10 petani untuk wilayah hilir terutama yang
melakukan budidaya padi sawah model PTT.
e.
pada tiap-tiap petani kooperator
tersebut dipasang satu silinder terbuka
untuk memantau penggenangan air dan penentuan waktu pemberian air. Perubahan
tinggi air dicatat setiap hari sejak tanam sampai panen.
f. Koordinasi dengan lembaga pengelolaan air dari dinas pengairan untuk menyesuaikan alokasi air pada tingkat tersier untuk memperluas teknologi hemat air secara berkelanjutan.
Pada fase pematangan, tanah perlu didrainase yaitu dua
minggu menjelang panen (batas waktu kritis), drainase permukaan yang dilakukan
pada waktu seminggu menjelang panen
mengakibatkan kerusakan tanaman dan menggangu proses panen. Selain itu tanaman
padi sawah mempunyai masa kritis terhadap ”full
submergence” ( pertumbuhan penuh ) dari primordia bunga sampai pembungaan
dan dengan tinggi genangan air (25 % dari tinggi tanaman) selama fase tersebut
akan mengurangi hasil 20 – 30 %.
Drainase permukaan dapat dilakukan pada umur tanaman 30 –
40 hari setelah tanam (sebelum tercapai anakan maksimal) selama 5 - 7 hari untuk menekan munculnya anakan
yang tidak produktif, sehingga tingkat produksi gabah per malai, bobot individu
gabah dan hasil meningkat. Teknik ini sesuai dilakukan terutama pada lahan
sawah dengan kondisi drainase buruk. Teknik ini dapat dilakukan pada musim
hujan maupun kemarau
Konsep
hemat air mutlak diketahui oleh masyarakat tani dikarenakan sekarang ini debit
air sudah mulai menurun disamping tingkat kebutuhan manusia akan air yang
semakin meningkat baik untuk krbutuhan pertanian maupun untuk air minum dan
kebutuhan sehari-hari.
Selain
iti produksi padi sangat dipengaruhi oleh pengelolaan air yang tepat sehingga
apabila petani ,enginginkan produksi yang optimal maka harus bisa mengelola
kebutuhan air dari tanaman yang diusahakannya yaitu tanaman padi.