Kamis, 08 Desember 2022

BUDIDAYA KOPI ROBUSTA

 


Budidaya Kopi Robusta Agar berbuah Lebat dan Panen Banyak-pada kesempatan kali ini anak tani akan berbagi mengenai Panduan Lengkap Cara Budidaya Kopi Robusta Agar berbuah Lebat dan Panen Banyak, siapa yang tidak kenal dengan kopi robusta, salah satu jenis kopi yang lezat serta mantap aromanya. dan rasanyapun gampang merindukan. nah, untuk itu anak tani7 membagikan Panduan Lengkap Cara Budidaya Kopi Robusta Agar berbuah Lebat dan Panen Banyak. langsung saja, tanpa basa basi, mari simak Panduan Lengkap Cara Budidaya Kopi Robusta Agar berbuah Lebat dan Panen Banyak di bawahh ini:

Sebelum kita masuk kedalam cara budidaya Kopi Robusta, sarannya dari saya adalah kalian harus memilih jenis bibit kopi yang akan kalian tanam. di bawa ini jenis Bibit kopi Robusta yang bisa kalian pilih:

  1. Klon Bp 308 yang merupakan bibit kopi robusta unggul dan lebih tahan terhadap berbagai serangan penyakit .Bibit jenis ini juga akan lebih mudah beradaptasi di lingkungan baru,walaupun kita tanam pada tanah yang Kurang memiliki unsur hara sekalipun Bibit ini mampu bertahan hidup dengan sempurna.
  2. Klon Bp 42 adalah jenis bibit kopi robusta yang memiliki tingkat produktifitas lebih tinggi.Beberapa petani yang telah berhasil membudidayakan jenis bibit Klon Bp 42 untuk per hektar tanaman kopi mampu menghasilkan hingga 1300 Kg pertahun.
  3. Klon Sa 436 adalah sebuah bibit kopi robusta yang paling unggul.sebab dalam satu hektar,jika buah sudah normal,mampu menghasilkan hingga 3000 Kg per hektar pertahunnya.namun selain memiliki kelebihan,untuk ukuran bentuk kopi yang di hasilkan memang tiap seragam ada yang berukuran kecil ada juga yang memiliki ukuran besar.tidak sama rata walaupun dalam satu batang pohon.

Jika kalian sudah menentukan jenis bibit yang akan kalian pilih dan tanam, maka selanjutnya kita masuk kedalam Proes budidaya buah kopi Robusta.

Sebaiknya ditanam didaerah beriklim tropis di dataran yang memiliki ketinggian 400 - 600 meter diatas permukaan laut. Suhu untuk pertumbuhan kopi berada pada angkat 24 - 40 derajat Celcius dan suhu untuk menanam kopi robusta berada pada suhu 75 derajat Frenheit. Serta  curah hujan mencapai 2000 – 3000 mm/tahun. kopi robusta akan tumbuh secara optimal pada lahan tanah yang subur gambur serta memiliki keasaman atau Ph mencapai angka 4,5 – 6,5.






  1. Bibit dipilih dari tanaman induk yang sehat, telah berproduksi sekitar 4-5 kali, sertya toleran terhadap hama dan penyakit.
  2. Kopi yang akan dijadikan bibit dipetik yaitu kopi yang sudah masak fisiologi atau telah merah.
  3. Selanjutnya pisahkan kulit dari biji, lalu biji dicuci dan dikering anginkan tidak terkena cahaya matahari untuk dilakuka persemaian atau perkecambahan biji selama sekitar 2,5 bulan dengan menggunakan media tanah dan pasir. Ukuran media semai tersebut yaitu sekitar 10x120x35 cm dan ditutupi atau dinaungi dengan jerami atau alang-alang kering.
  4. Jika sudah benih sudah berkecambah, benih dipindah tanamkan ke dalam polibag dengan media tanam berupa campuran tanah dengan pupuk kandang. Tanam benih dalam polibag tersebut. Bibit dapat dipindah tanamkan ke lahan tanam setelah berumur sekitar 5-6 bulan.
  5. Pilihlah bibit yang berkualitas baik, agar tanaman kopi robusta dapat tumbuh dengan baik dan optimal. Dan yang dapat anda lakukan untuk mendapatkan bibit kopi yang berkualitas baik dan mutu tinggi adalah dengan membeli bibit kopi di kios atau toko penjual bibit kopi yang memang sudah benar benar terpercaya kualitas dan keasliannya,

Persiapan Lahan


Lahan yang akan digunakan untuk menanam atau budidaya kopi robusta dibersihkan terlebih dahulu dari gulma atau tanaman pengganggu lainnya. Selanjutnya lakukan penggemburan tanah lahan dengan cara dicangkul atau dibajak. Sebenarnya persiapan lahan yang paling penting ketika budidaya kopi robusta adalah dengan menyiapkan lahan yang benar benar subur dan membuat lubang pada media lahan tanam. Berikut proses pembuatan lubang tanam :

  1. Buatlah lubang tanaman dengan berdiameter  60 cm, dengan kedalaman mencapai 60 cm. Pembuatan lubang di lakukan 3 – 4 bulan sebelum bibit di tanam dengan jarak tanam mencapai 2,5 x 2,5 cm.
  2.  Pisahkan antara tanah galian bagian atas dan tanah galin bagian bawah.
  3. Setelah satu bulan lubang tanam di buat, berikan belerang, kapur dolomite masing masing 200 gram dan campurkan galian tanah bagin bawah kemudian masukkan kembali kedalam lubang tanam, cara ini bertujuan untuk menetralkan kadar keasaman tanah atau PH.
  4. Satu bulan kemudian atau 1 bulan sebelum masa tanam tambahkan pupuk organik atau pupu kandang yang sudah di fermentasi sebanyak 10 – 20 kg (tergantung tingkat kesuburan tanah) dan kemudian campurkan dengan galian tanah bagian atas kemudian masukkan kedalam lubang tanam.

Penanaman Tanaman Pelindung

Untuk mengurangi intensitas cahaya langsung ke tanaman pada fase kritis 1-2 tahun, menjaga kelembaban serta dapat menjadi bahan pupuk organik maka perlu dilakukan penanaman tanaman atau pohon pelindung berupa pohon lamtoro. Pohon lamtoro ditanam 2-3 bulan sebelum bibit kopi robusta di tanam pada lahan denga pola tanam berpagar ganda atau membentuk persegi empat.

Proses Penanaman Kopi Robusta

  1. Sebelum di tanam, papas daun pohon bibit kopi hingga tersisa 1/3 bagian saja, cara ini bertujuan untuk mengurangi penguapan pada tanaman kopi
  2. Selanjutnya, keluarkan bibit kopi dari dalam plastik pembungkus atau polybag dengan cara yang hati hati agar akar tidak rusak
  3. Gali kembali lubang yang sudah di tutup oleh pupuk tadi, sedikit saja
  4. Untuk kedalaman lubang, usahakan agar sesuai dengan panjang akar bibit kopi
  5. Dan masukkan kedalam lubang kemudian tutup kembali lubang tanam tersebut
  6. Guna bibit yang baru ditanam tegak lurus kami sarankan untuk membuat ajir untuk menopang bibit agar tidak roboh.

F. Perawatan Buah Kopi Robusta

Penyiangan

Lakukan penyiangan pada gulma atau tanaman pengganggu lainnya yang ada di lahan. Penyiangan tersebut dapat dilakukan secara manual menggunakan koret atau yang lainnya atau bisa juga secara kimiawi dengan menggunakan herbisida.

Pembubunan

Pembubunan adalah menaikan tanah tepat disekitar tanaman kopi dengan tujuan untuk menggemburkan tanah. Kegiatan pembubunan ini dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

Pemupukan

Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 2 bulan setelah tanam dengan menggunakan pupuk Urea, SP-36 dan KCl, dosis yang diberikan pada tanaman kopi diberikan berdasarkan umur tanaman kopi. Pemberian pupuk ini dilakukan dengan cara ditabur atau dibenamkan dengan membuat larikan.

 

Pemangkasan Pohon Pelindung

Lakukan pemangkasan pada pohon pelindung apabila pohon pelindung sudah rimbun.

G. Proses Panen Kopi Robusta

Idealnya waktu panen pada budidaya kopi robusta saat tanaman telah menginjak usia 3 tahun setelah tanam. Untuk pertama kali tanaman akan berbuah, dan puncak kopi akan berbuah lebat atau sering di sebut panen raya adalah ketika kopi sudah berusia 7 – 9 tahun. apabila anda di dalam menanam kopi melakukan cara dengan baik dan teliti seperti diatas, besar kemungkinan hasil yang akan anda dapatkan cukup memuaskan. Dan proses pemanenan pada kopi bisa anda panen ketika biji kopi sudah terlihat tua, cirinya apabila biji kopi kita pegang dan tekan sudah terasa keras atau buah kopi sudah berwarna merah.

 

 

Rabu, 07 Desember 2022

MENGHITUNG KEHILANGAN HASIL PADI PADA WAKTU PEMANENAN

 


 

Selama waktu panen, susut dapat terjadi karena ada gabah yang rontok di lahan akibat cara panen yang tidak benar atau akibat penundaan waktu panen. Penundaan panen juga dapat menyebabkan keretakan pada gabah sehingga akan mudah rusak pada proses pengolahannya. selama perontokan, susut dapat terjadi karena adanya gabah yang tertinggal pada malai,  juga kerusakan mekanis yang disebabkan oleh peralatan atau mesin yang digunakan

Proses pengeringan yang tidak sempurna juga dapat menimbulkan susut selama proses perontokan atau penggilingan. Perontokan yang dilakukan segera setelah pengeringan juga beresiko memperbesar persentase kerusakan mekanis. Kerusakan mekanis selama perontokan atau penggilingan juga dapat disebabkan oleh pengeringan yang terlalu cepat. Khusus untuk negara-negara Asean, pengeringan seringkali dilakukan dengan cara penjemuran yang dapat menimbulkan susut akibat akibat tercecernya  atau dimakan oleh ayam dan burung.  Selama dalam pengangkutan atau penyimpanan, susut dapat terjadi akibat gabah  tercecer bila tidak dikemas dengan cara yang benar.


MENGHITUNG TINGKAT KEHILANGAN PADI PADA WAKTU PEMANENAN 



Metode pengukuran kehilangan yaitu dengan menggunakan metode papan. Metode ini merupakan pengembangan dari metode pengukuran secara langsung pada lahan sawah yang sudah selesai dipanen (Setyono et al, 1996). Pada metode ini pengukuran kehilangan dilakukan dengan menggunakan papan berukuran 20 cm x 100 cm sebanyak 5 papan untuk setiap ulangan atau sama dengan petak kontrol 1 m2. Pada dasar papan dilapisi dengan karung goni supaya mempermudah penangkapan gabah yang tercecer pada saat pemanenan. Kehilangan pada saat panen dihitung berdasarkan rumus :

G1

KHPN = ———————————— x 100%

G1 + G2

Keterangan

KHPN =  Kehilangan pada saat panen, (%)

G1       =  Berat gabah yang tercecer pada saat pemotongan padi yang ditampung

                pada papan, (kg)

G2      =  Gabah hasil perontokan dengan cara diiles pada petakan seluas 1 m2, (kg)

 

Umur panen ditentukan berdasarkan 

(1) kenampakan, biasanya 90% dari butiran gabah pada malai sudah berwarna kuning keemasan, dan 

(2) umur tanaman seperti pada diskripsi varietas, yang diperhitungkan berdasarkan hari setelah tanam (HST) atau hari setelah berbunga rata (HSB). Panen padi yang baik dilakukan pada saat umur optimal yang dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22-23% pada musim kemarau, dan antara 24 –26% kadar air gabah pada musim penghujan.


Pemanenan yang dilakukan sebelum umur optimal menyebabkan kualitas yang kurang baik karena tingginya persentase butir hijau pada gabah, sedangkan panen yang  dilakukan setelah lewat masak akan menyebabkan jumlah gabah yang hilang karena rontok pada saat pemotongan akan besar (Setyono et al, 1996). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehilangan gabah pada saat pemanenan berkisar antara 2,15 – 3,07%. Kehilangan hasil pada saat panen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya umur panen, kadar air panen, alat dan cara panen, seta perilaku tenaga pemanen tersebut.Perbedaan ekosistem akan menyebabkan cara dan sistem panen


Kehilangan hasil tersebut umumnya disebabkan oleh perilaku para pemanen atau penderep baik karena tidak disengaja maupun disengaja.  Pemotongan padi yang berebutan menyebabkan banyak gabah rontok dan tercecer termasuk kehilangan hasil yang tidak disengaja. Tetapi dalam pengumpulan potongan padi, ada malai-malai padi yang ditinggalkan untuk nantinya diambil kembali, ini merupakan kesengajaan dari pemanen.


Setelah petani mengetahui sebab-sebab kehilangan hasil pada waktu pemanenan, diharapkan petani akan lebih bijaksana dalam melakukan proses pemanen. Kehilangan hasil dalam proses pemanenan akan sangat merugikan petani karena berarti akan berkurangnya padi yang bisa diperoleh oleh petani.

Dengan kemampuan untuk menghitung tingkat kehilangan padi pada waktu panen maka petani akan menyadari betapa proses pemanenan yang baik dan benar dapat memberikan keuntungan bagi mereka.

 

Jumat, 02 Desember 2022

BUDIDAYA BELUT SKALA RUMAH TANGGA

 

BUDIDAYA    BELUT

            Gerakan makan ikan merupakan suatu program percepatan untuk meningkatkan konsumsi ikan. Pelaksanaan gerakan makan ikan ini didukung oleh Gerakan pengembangan perikanan rakyat ( gerbang perak ) . Salah satu jenis ikan yang menjadi komoditas unggulan perikanan adalah ikan belut. Kandungan gizi dalam belut tidak perlu diragukan lagi. Dinandingkan dengan zat-zat gizi dalam telor, kandungan kalori , protein, dan lemak dalam belut lebih tinggi. Apabila dibandingkan dengan zat-zat gizi dalam daging sapi , kandungan mineral dalam belut ternyata lebih tinggi.

 


            Di Indonesia , daerah penyebaran belut belum merata. Sebagian besar tersebar di Pulau jawa, Madura, Bali dan sebagian kecil Sumatra. Pada dasarnya belut hidup di air tawar , baik di sungai , danau, rawa atau di sawah.

 

Keistimewaan belut adalah mampu bertahan hidup di tanah yang airnya mengering, sebab belut mempunyai alat pernafasan khusus berupa kulit tipis yang berlipat-lipat dalam rongga mulutnya. Alat pernafasan ini dapat menyerap oksigen secara langsung dari udara. Belut selalu membuat liang-liang di pematang sawah atau selokan-selokan. Pada siang hari belut bersembunyi dalam liang liang dan pada malam hari keluar dari liang untuk mencari makan.


PENGENALAN   BELUT

            Pengenalan belut dapat dilakukan antara lain dengan berusaha untuk mengenali beberapa hal yang berkaitan dengan belut, antara lain ciri-ciri belut, jenis belut, kehidupan belut, dan kelebihan yang dapat diperoleh dari usaha budidaya belut.

A. Ciri-ciri Belut

Secara umum belut memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut :

1. Bentuk badan panjang ( sampai 40 cm lebih ) dan bundar mirip ular.

2. Mata kecil dan lengkung

3. Punggung berwarna kehijau-hijauan, sedang bagian perut kekuning-kuningan.

4. Tidak memiliki sirip punggung, sirip dada dan sirip dubur. Sirip punggung, sirip  dada dan sirip dubur berubah bentuk menjadi sembulan kulit-kulit yang tidak  berjari-jari.

5. Tidak memiliki sisik

6. Mempunyai insang sebanyak tiga pasang.

 

B. Jenis Belut

Klasifikasi belut dapat dirinci sebagai berikut :

Kelas               : Pisces

Subkelas          : Teleosteli

Ordo                : Synbranchoidae

Famili              : Synbranchidae

            Secara umum belut dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut.

1. Belut sawah ( Monopterus albus Zuieuw )

2. Belut rawa atau kirai atau disebut juga lindung ( Synbranchus bengalensis  Mc.Clell )

3. Belut ( Macrotema caligans Cant )

 

C. Kehidupan Belut

            Kehidupan belut sawah pada dasarnya dapat disimak sebagai berikut:

1.  Ciri khas kelamin belut adalah progynes hermaprodit atau dapat berubah-ubah. Seekor belut dapat mengalami masa-masa kosong kelamin, masa betina (umur 4-9 bln), dan masa jantan (umur 9 – 12 bln ).

2. Sifat belut kanibal, yakni saling membunuh dan memangsa.

3. Induk belut betina yang baik berumur 4 – 9 bln, dengan panjang badan 10 – 29 cm, kulit berwarna lebih cerah atau muda, dan kepala berbentuk runcing.

4. Induk belut jantan yang baik berumur 9 – 12 bln , dengan panjang badan 30 – 50 cm, kulit berwarna lebih tua, dan kepala berbentuk tumpul.

5. Perkawinan belut terjadi pada malam hari yang panas, atau kalau suhu air naik sampai 28 ° C lebih . Perkawinan akan terjadi bila induk betina terpikat oleh busa atau buih yang disusun oleh induk jantan.

6. Seekor induk betina mampu menghasilkan benih sekitar 50-5000 ekor.Telor-telor yang normal menetas dalam waktu 8-10 hari dalam air yang bersuhu sekitar 28-32 °C .

7. Anakan belut yang baru menetas diasuh oleh induk jantan selama 2 minggu. Setelah itu anakan belut meninggalkan sarang penetasan dan mencari makan sendiri. Sementara itu , sejak telor dikeluarkan dan dibuahi, induk betina pergi mencari sarang induk jantan yang lain.

 


D. KELEBIHAN BUDIDAYA BELUT.

  1. Belut memiliki kandungan gizi tinggi, terutama kandungan protein dan kalori.
  2. Dapat diusahakan ditanah pekarangan

3.   Dapat dipelihara dengan mudah

4.   Cukup tahan terhadap pencemaran air

5.  Pemasaran belut cukup lancar, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tanggga maupun sebagai bahan baku pada industri kecil.

 

PERSIAPAN PEMELIHARAAN.

A. PEMBUATAN BAK PEMBESARAN

            Bak pembesaran yang kedap air dibuat dengan cara sebagai berikut :

  1. Tanah dicangkul sedalam 60 cm untuk membuat bak pembesaran yang kedap air.Bak pembesaran dibuat dalam ukuran sepanjang 2 m, lebar 1m,dan kedalaman 0,8 m .Bangunan bak ini masuk dalam tanah sedalam 0,6 m agar media dalam bak selalu dingin karena belut tidak menyukai lingkungan yang panas.
  2. Bak pembesaran itu disambung dengan bak cadangan yang dibuat dengan ukuran 0,5 m x 1m x 0,2 m .

 

B. PENYUSUNAN MEDIA.

            Media dalam bak pembesaran disusun dengan cara sebagai berikut :

  1. Masukkan tanah lumpur sawah kedalam bak pembesaran setebal 10 cm.
  2. Diatas lapisan tanah lumpur sawah diberi jerami ytang sudah lapuk setebal 10 cm
  3. Diatas lapisan jerami diberi potongan potongan pelepah pohon pisang yang sudah layu setebal 10 cm .
  4. Diatas lapisan pelepah pohon pisang diberi pupuk kandang yang sudah jadi setebal 10 cm.
  5. Diatas lapisan pupuk kandang diberi tanah lumpur sawah setebal 10-20 cm dan diatur kemiringannya. 2/3 bagian tidak terendam air ,1/3 bagian terendam air .Pada bagian tidak terendam air ini baiknya ditanami tanaman sayuran seperti kangkung dan bayam. Tanaman tersebut berfungsi sebagai peneduh, dan akar-akarnya dapat dijadikan sarang telur belut.

 

 

 

 

 

 

C. PENUTUPAN BAK PEMBESARAN

            Untuk menghindari serangan hama, maka dianjurkan menutup bak pembesaran belut tersebut dengan pagar/anyaman bambu.

 

D. PEMBUATAN NAUNGAN/ATAP PENEDUH           

            Jika kondisi lingkungan disekitar bak pembesaran pansa, maka bak pembesaran tersebut perlu naungan diberi atap peneduh, yang dapat berupa tanaman kecipir, markisa, atau anggur yang dirambatkan pada para-para bambu.

 

 

E. PENGISIAN DENGAN AIR

           Air diisikan ke dalam bak pembesaran hingga setinggi 5 – 10 cm dari permukaan media teratas. Biarkan selama 2 minggu, jika tampak banyak buih, maka air harus segera diganti dengan air baru, dan didiamkan lagi selama 2 minggu. Demikian seterusnya, hingga air tidak berbuih lagi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TEKNIK PEMELIHARAAN

 

A. PENABURAN BENIH

            Benih belut yang telah memiliki panjang berkisar antara 5 – 8 cm/ekor ditaburkan ke dalam bak pembesaran. Adapun kebutuhan benih adalah 100 -150 ekor/m² atau sekitar 2 – 2,5 kg/m².

 

B. PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN

            Selama pemeliharaan, belut dapat memakan jasad-jasad renik di sekitarnya, namun karena jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, maka tetap perlu diberi pakan tambahan. Pakan tambahan yang dapat diberikan antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Bangkai kelinci, marmut,ayam,atau tikus yang telah dikuliti,lalu dibenamkan kedalam lumpur lapisan teratas.
  2. Pakan berupa bangkai ini dapat diberikan setiap 2-3 minggu sekali.
  3. Ulat belatung yang diperoleh dengan cara mencampurkan ampas kelapa yang telah busuk, dedak halus,dan pupuk urea.Campuran tersebut dimasukkan kedalam suatu wadah dan diletakkan ditempat lembab. Maka  ± 1 minggu kemudian akan dihasilkan ulat belatung. Pakan ini diberikan 10 hari 1 x.

 

C. PENGENDALIAN PENYAKIT.

            Beberapa penyakit yang sering menyerang belut sawah adalah sbb :

  1. Penyakit gatal.

a. Gejala serangan :

*    Belut tampak kurus dan berenang dengan sangat lemah.

*    Belut sering menggosok-gosokkan tubuh pada benda keras disekitar bak.

 

 

 

b. Pengendalian.

      Belut yang terserang dimasukkan kedalam larutan formalin dosis 150 ppm -200 ppm ( 150 ml-200 ml per m³ air ) selama 15 menit.

2.   Penyakit Bintik putih.

a. Gejala serangan :

*    Tampak bintik putih putih pada kulit dan insang.

*    Belut sering menggosok-gosokkan tubuh yang luka pada benda keras disekitar bak.

*    Belut berenang sangat lemah dan selalu mengambang dipermukaan air.

b.Pengendalian.

                  Belut yang terserang penyakit direndam dalam larutan campuran antara formulin 25 ml per m³air dengan malacite green oksalate 0,1 gram per m³air, dan dibiarkan selama 12-24 jam. Perendaman diulangi lagi 3 hari kemudian . Setiap kali sehabis perendal\man dilakukan belut segera dimasukkan kedalam air yang segar.

3. Penyakit aeromonas

a. Gejala serangan :

*    Warna kulit belut berubah menjadi gelap

*    Belut berenang sangat lemah dan bernafas megap-megap

*    Terjadi pendarahan pada ginjal,hati dan limpa belut.

b. Pengendalian.

*    Pemberian sulphonamid melalui makanan ,dengan dosis 100 mg per kg belut selama 3-4 hari

*    Pemberian terramicine melalui makanan ,dengan dosis 50 mg per kg belut selama 7-10 hari.

*    Penyunyikan terramicine dengan dosis antara 25mg-30 mg per kg belut ,dilakukan setiap 3 hari sekali dan diulangi sebanyak 3 x.

 

 

PEMANENAN

 

            Panen dilakukan pada saat belut berumur 4 bulan sejak benih dimasukkan dalam bak pembesaran atau saat belut mencapai panjang 25-30 cm per ekor.

 

A. Pemanenan.

Pemanenan belut dilakukan dengan cara sbb :

1. Pada malam hari sebelum pengeringan, dipasang bubu berumpun secara berderet deret pada bak Didalam bubu tsb diberi umpan cacing yang diikat.

2. Keesokan harinya dilakukan pengeringan,dan diharapkan semua belut sudah terperangkap dalam bubu.

3. Sebelum dipasarkan, belut dibersihkan dari kotoran dan badannya dikerok dengan pisau tumpul.

4. Hasil panen umumnya bisa mencapai 25-35 kg per m².

B. Pengolahan.

            Pengolahan belut dilakukan dengan cara sbb :

1. Lendir dihilangkan dengan cara menetesi belut dengan air jeruk nipis atau dengan   memberinya abu.

2. Belut diletakkan diatas nyiru beralaskan daun jati,kemudian perut dibelah memanjang dan isi perut dibuang .Selanjutnya dicuci bersih dan siap dioleh menjadi beberapa jenis masakan misalnya dendeng belut, belut asap,sate belut,kripik belut dan belut goreng.

 

VIRUS KUNING PADA TANAMAN CABAI



1.  Pengamatan Gejala

Gejala yang umum terlihat pada tanaman cabai yang sakit di lapangan adalah klorosis antara daun vena, daun menguning cerah, daun melekuk keatas, daun menyempit, tanaman kerdil disertai dengan tumbuhnya daun muda yang kecil-kecil dalam jumlah yang banyak, bunga rontok dan tanaman tinggal ranting dan tanaman saja yang kemudian berakhir dengan kematian tanaman 

2.  Intensitas Penyakit

Berdasarkan pengamatan dilapangan, belum ada varietas tanaman cabai yang ditanam oleh petani yang tahan atau toleran terhadap penyakit ini. Intensitas serangan pada tanaman cabai rawit berkisar antara 50%-100%, sedangkan pada cabai besar berkisar 20%- 100%. Pada cabai rawit, meskipun intensitas serangan mencapai 100%, tanaman masih mampu menghasilkan buah meskipun terjadi penurunan kuantitas dan masa petiknya lebih pendek. Sedangkan pada cabai besar, serangan 100% sudah tidak mampu menghasilkan buah

3.  Penularan Virus

Kutu putih atau kutu kebul (Bamisia tabaci) adalah merupakan vector penular penyakit ini. Kerusakan pada tanaman biasanya berhubungan dengan fluktuasi kutu putih. Satu kutu puth sudah mampu menularkan virus, dan laju penyebaranya bertambah seiring dengan peningkatan populasi vector (Mansour and Al Musa, 1992).

Pengamatan dilapang menunjukan kutu putih  sangat jarang ditemui dalam bentuk koloni pada tanaman cabai. Populasi akan meningkat dimusim kemarau. Penelitian mengenai aktivitas penerbangan kutu putih menunjukan waktu antara pukul 06.00 – 10.00 (Rahayu, 2004). Populasi mulai ada sejak masa pertanaman hingga fase pembentukan bunga dan buah serta menurun saat tanaman sudah tua.

4.  Pengendalian Penyakit

Langkah dan starategi pengendalian yang dianjurkan kepada petani adalah sebagai berikut:

a.    Menggunakan bibit sehat

Karena Gemini virus tidak tertular lewat biji, maka persemaian yeng sejak penaburan benih dilindungi dari masuknya serangga vector diharapkan bibit yang dihasilkan adalah bibit yang sehat. Langkah yang dianjurkan untuk melindungi bibit dari serangga vector adalah:

·       Dengan pengerudungan menggunakan kain kasa/kelambu

·       Tempat persemaian yang terisolasi jauh dari lahan yang terserang penyakit

·       Persemaian dilindungi dengan menggunakan pestisida nabati seperti ekstrak daun tembakau, mamba, dsb.

·       Perlindungan dengan pestisida kimiawi sacara bijaksana.

b.    Menghilangkan atau mengurangi sumber inokulum virus

Menghilangkan tanaman sakit dengan cara mencabut dan membenamkan kedalam tanah atau dibakar

c.     Sanitasi lingkungan disekitar tanaman cabai

Termasuk penyiangan gulma dan tanaman liar lainnya yang dapat menjadi inang sementara bagi virus atau juga inang bagi vector pembawa virus.



d.    Mengatur waktu tanam

Pengaturan waktu tanam dimaksudkan untuk menghindari tingginya popolasi serangga vector bersamaan dengan pemindahan bibit ke lapangan. Dari pengamatan dilapangan menunjukan bahwa tanaman muda lebih rentan terhadap inveksi virus dari pada tanaman yang sudah tua. Kerugian yang ditimbilkan juga akan lebih berat tanaman yang terserang diwaktu muda daripada tanaman tua 

e.    Mengatur jarak tanam

Jarak tanam yang terlalu rapat akan meningkatkan intensitas serangan virus, karena kutu putih dapat dengan mudah terbang dari satu tanaman ke tanaman lainnya.



f.      Pergiliran tanaman

Pergiliran tanaman dengan tanaman selain inang virus juga bukan inang serangga vektornya. Misalnya melakukan pergiliran tanaman cabai ke tembakau atau tomat adalah riskan karena ketiganya adalah inang Gemini virus.

g.    Pengendalian dengan Mulsa Plasatik Hitam Perak

Mulsa plastic hitam perak dapat memantulkan sinar ultra violet sehingga bias untuk mengusir serangga vector.



h.    Tanaman barier atau tanaman perangkap

Tanaman yang lebih tinggi misalnya jagung atau tebu yang ditanam mengelilingi lahan cabai mampu menghalangi masuknya kutu putih kelahan pertanaman. Sedangkan tanaman perangkap adalah tanaman yang disukai oleh kutu putih, diantaranya adalah ketela pohon, ketela rambat, cucurbitaceae dan sebagainya ditanam dipinggir lahan pertanaman cabai. Pengendalian kutu putih dilakukan pada tanaman perangkap ini.

i.      Pengendalian dengan kemicalia

Pengendalian dengan kemicalia untuk menekan populasi vector dilapangan. Pengendalian sebaiknya didahului dengan monitoring keberadaan kutu putih dilapangan dengan cara pengamatan langsung atau dengan perangkap warna kuning berperekat. Pengendalian dengan white oil atau insektisida berbahan aktif imidacloprid dilaporkan mampu menekan populasi kutu putih. Penyemprotan terhadap kutu kebul dilapangan sebaiknya dilakukan antara pukul 06.00 – 10.00, karena pada siang hari biasanya kutu kebul sudah pindah ketanaman lain disekitarnya. Penyemprotan dilakukan dari sisi bawah daun karena pada umumnya hinggap dan menghisap cairan tanaman dari sisi bawah daun. Penggunaan insektisida harus sesuai dengan dosis anjuran.