BUDIDAYA BELUT
Gerakan makan ikan merupakan suatu program percepatan untuk
meningkatkan konsumsi ikan. Pelaksanaan gerakan makan ikan ini didukung oleh Gerakan
pengembangan perikanan rakyat ( gerbang perak ) . Salah satu jenis ikan
yang menjadi komoditas unggulan perikanan adalah ikan belut. Kandungan gizi
dalam belut tidak perlu diragukan lagi. Dinandingkan dengan zat-zat gizi dalam telor, kandungan kalori , protein,
dan lemak dalam belut lebih tinggi. Apabila dibandingkan dengan zat-zat gizi
dalam daging sapi , kandungan mineral dalam belut ternyata lebih tinggi.
Di
Indonesia , daerah penyebaran belut belum merata. Sebagian besar tersebar di
Pulau jawa, Madura, Bali dan sebagian kecil Sumatra. Pada dasarnya belut hidup
di air tawar , baik di sungai , danau, rawa atau di sawah.
Keistimewaan belut adalah
mampu bertahan hidup di tanah yang airnya mengering, sebab belut mempunyai alat
pernafasan khusus berupa kulit tipis yang berlipat-lipat dalam rongga mulutnya.
Alat pernafasan ini dapat menyerap oksigen secara langsung dari udara. Belut
selalu membuat liang-liang di pematang sawah atau selokan-selokan. Pada siang
hari belut bersembunyi dalam liang liang dan pada malam hari keluar dari liang
untuk mencari makan.
PENGENALAN BELUT
Pengenalan
belut dapat dilakukan antara lain dengan berusaha untuk mengenali beberapa hal
yang berkaitan dengan belut, antara lain ciri-ciri belut, jenis belut,
kehidupan belut, dan kelebihan yang dapat diperoleh dari usaha budidaya belut.
A. Ciri-ciri Belut
Secara umum belut memiliki
ciri-ciri fisik sebagai berikut :
1. Bentuk badan panjang (
sampai 40 cm lebih ) dan bundar mirip ular.
2. Mata kecil dan lengkung
3. Punggung berwarna
kehijau-hijauan, sedang bagian perut kekuning-kuningan.
4. Tidak memiliki sirip punggung, sirip dada dan
sirip dubur. Sirip punggung, sirip dada
dan sirip dubur berubah bentuk menjadi sembulan kulit-kulit yang tidak berjari-jari.
5. Tidak memiliki sisik
6. Mempunyai insang sebanyak tiga pasang.
B. Jenis Belut
Klasifikasi belut dapat dirinci sebagai berikut :
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleosteli
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Secara umum belut
dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut.
1. Belut sawah ( Monopterus albus Zuieuw )
2. Belut rawa atau kirai atau disebut juga lindung ( Synbranchus bengalensis Mc.Clell )
3. Belut ( Macrotema caligans Cant )
C. Kehidupan Belut
Kehidupan belut sawah pada dasarnya
dapat disimak sebagai berikut:
1.
Ciri khas
kelamin belut adalah progynes hermaprodit atau dapat berubah-ubah.
Seekor belut dapat mengalami masa-masa kosong kelamin, masa betina (umur 4-9
bln), dan masa jantan (umur 9 – 12 bln ).
2. Sifat belut kanibal, yakni
saling membunuh dan memangsa.
3. Induk
belut betina yang baik berumur 4 – 9 bln, dengan panjang badan 10 – 29 cm,
kulit berwarna lebih cerah atau muda, dan kepala berbentuk runcing.
4. Induk
belut jantan yang baik berumur 9 – 12 bln , dengan panjang badan 30 – 50 cm,
kulit berwarna lebih tua, dan kepala berbentuk tumpul.
5.
Perkawinan belut terjadi pada malam hari yang panas, atau kalau suhu air naik
sampai 28 ° C lebih . Perkawinan akan terjadi bila induk betina terpikat oleh
busa atau buih yang disusun oleh induk jantan.
6. Seekor
induk betina mampu menghasilkan benih sekitar 50-5000 ekor.Telor-telor yang
normal menetas dalam waktu 8-10 hari dalam air yang bersuhu sekitar 28-32 °C .
7. Anakan
belut yang baru menetas diasuh oleh induk jantan selama 2 minggu. Setelah itu
anakan belut meninggalkan sarang penetasan dan mencari makan sendiri. Sementara
itu , sejak telor dikeluarkan dan dibuahi, induk betina pergi mencari sarang
induk jantan yang lain.
D. KELEBIHAN BUDIDAYA
BELUT.
- Belut
memiliki kandungan gizi tinggi, terutama kandungan protein dan kalori.
- Dapat diusahakan ditanah
pekarangan
3. Dapat
dipelihara dengan mudah
4. Cukup tahan
terhadap pencemaran air
5.
Pemasaran belut cukup lancar, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah
tanggga maupun sebagai bahan
PERSIAPAN PEMELIHARAAN.
A. PEMBUATAN BAK PEMBESARAN
Bak
pembesaran yang kedap air dibuat dengan cara sebagai berikut :
- Tanah
dicangkul sedalam 60 cm untuk membuat bak pembesaran yang kedap air.Bak
pembesaran dibuat dalam ukuran sepanjang 2 m, lebar 1m,dan kedalaman 0,8 m
.Bangunan bak ini masuk dalam tanah sedalam 0,6 m agar media dalam bak
selalu dingin karena belut tidak menyukai lingkungan yang panas.
- Bak
pembesaran itu disambung dengan bak cadangan yang dibuat dengan ukuran 0,5
m x 1m x 0,2 m .
B. PENYUSUNAN MEDIA.
Media
dalam bak pembesaran disusun dengan cara sebagai berikut :
- Masukkan
tanah lumpur sawah kedalam bak pembesaran setebal 10 cm.
- Diatas
lapisan tanah lumpur sawah diberi jerami ytang sudah lapuk setebal 10 cm
- Diatas
lapisan jerami diberi potongan potongan pelepah pohon pisang yang sudah
layu setebal 10 cm .
- Diatas
lapisan pelepah pohon pisang diberi pupuk kandang yang sudah jadi setebal
10 cm.
- Diatas
lapisan pupuk kandang diberi tanah lumpur sawah setebal 10-20 cm dan
diatur kemiringannya. 2/3 bagian tidak terendam air ,1/3 bagian terendam
air .Pada bagian tidak terendam air ini baiknya ditanami tanaman sayuran
seperti kangkung dan bayam. Tanaman tersebut berfungsi sebagai peneduh,
dan akar-akarnya dapat dijadikan sarang telur belut.
C. PENUTUPAN BAK PEMBESARAN
Untuk
menghindari serangan hama, maka dianjurkan menutup bak pembesaran belut
tersebut dengan pagar/anyaman bambu.
D. PEMBUATAN NAUNGAN/ATAP PENEDUH
Jika
kondisi lingkungan disekitar bak pembesaran pansa, maka bak pembesaran tersebut
perlu naungan diberi atap peneduh, yang dapat berupa tanaman kecipir, markisa,
atau anggur yang dirambatkan pada para-para bambu.
E. PENGISIAN DENGAN AIR
Air diisikan ke dalam bak pembesaran hingga setinggi 5 – 10 cm dari
permukaan media teratas. Biarkan selama 2 minggu, jika tampak banyak buih, maka
air harus segera diganti dengan air baru, dan didiamkan lagi selama 2 minggu.
Demikian seterusnya, hingga air tidak berbuih lagi.
TEKNIK PEMELIHARAAN
A. PENABURAN BENIH
Benih
belut yang telah memiliki panjang berkisar antara 5 – 8 cm/ekor ditaburkan ke
dalam bak pembesaran. Adapun kebutuhan benih adalah 100 -150 ekor/m² atau
sekitar 2 – 2,5 kg/m².
B. PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN
Selama
pemeliharaan, belut dapat memakan jasad-jasad renik di sekitarnya, namun karena
jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, maka tetap perlu diberi pakan tambahan. Pakan tambahan yang dapat diberikan antara lain adalah sebagai
berikut.
- Bangkai kelinci, marmut,ayam,atau
tikus yang telah dikuliti,lalu dibenamkan kedalam lumpur lapisan teratas.
- Pakan
berupa bangkai ini dapat diberikan setiap 2-3 minggu sekali.
- Ulat
belatung yang diperoleh dengan cara mencampurkan ampas kelapa yang telah
busuk, dedak halus,dan pupuk urea.Campuran tersebut dimasukkan kedalam
suatu wadah dan diletakkan ditempat lembab. Maka ± 1 minggu kemudian akan dihasilkan ulat
belatung. Pakan ini diberikan 10 hari 1 x.
C. PENGENDALIAN PENYAKIT.
Beberapa
penyakit yang sering menyerang belut sawah adalah sbb :
- Penyakit gatal.
a. Gejala serangan :
Belut tampak kurus
dan berenang dengan sangat lemah.
Belut sering
menggosok-gosokkan tubuh pada benda keras disekitar bak.
b.
Pengendalian.
Belut yang terserang dimasukkan kedalam
larutan formalin dosis 150 ppm -200 ppm ( 150 ml-200 ml per m³ air ) selama 15
menit.
2. Penyakit Bintik putih.
a. Gejala serangan :
Tampak bintik putih putih pada kulit dan
insang.
Belut sering
menggosok-gosokkan tubuh yang luka pada benda keras disekitar bak.
Belut berenang sangat
lemah dan selalu mengambang dipermukaan air.
b.Pengendalian.
Belut yang terserang penyakit direndam dalam
larutan campuran antara formulin 25 ml per m³air dengan malacite green oksalate
0,1 gram per m³air, dan dibiarkan selama 12-24 jam. Perendaman diulangi lagi 3
hari kemudian . Setiap kali sehabis perendal\man dilakukan belut segera
dimasukkan kedalam air yang segar.
3. Penyakit aeromonas
a. Gejala
serangan :
Warna kulit belut
berubah menjadi gelap
Belut berenang sangat
lemah dan bernafas megap-megap
Terjadi pendarahan
pada ginjal,hati dan limpa belut.
b. Pengendalian.
Pemberian sulphonamid
melalui makanan ,dengan dosis 100 mg per kg belut selama 3-4 hari
Pemberian terramicine
melalui makanan ,dengan dosis 50 mg per kg belut selama 7-10 hari.
Penyunyikan
terramicine dengan dosis antara 25mg-30 mg per kg belut ,dilakukan setiap 3
hari sekali dan diulangi sebanyak 3 x.
PEMANENAN
Panen
dilakukan pada saat belut berumur 4 bulan sejak benih dimasukkan dalam bak
pembesaran atau saat belut mencapai panjang 25-30 cm per ekor.
A. Pemanenan.
Pemanenan belut dilakukan
dengan cara sbb :
1. Pada malam hari sebelum
pengeringan, dipasang bubu berumpun secara berderet deret pada bak Didalam bubu
tsb diberi umpan cacing yang diikat.
2.
Keesokan harinya dilakukan pengeringan,dan diharapkan semua belut sudah
terperangkap dalam bubu.
3. Sebelum
dipasarkan, belut dibersihkan dari kotoran dan badannya dikerok dengan pisau
tumpul.
4. Hasil
panen umumnya bisa mencapai 25-35 kg per m².
B. Pengolahan.
Pengolahan belut dilakukan dengan cara sbb
:
1. Lendir dihilangkan dengan cara
menetesi belut dengan air jeruk nipis atau dengan memberinya abu.
2. Belut diletakkan diatas nyiru
beralaskan daun jati,kemudian perut dibelah memanjang dan isi perut dibuang
.Selanjutnya dicuci bersih dan siap dioleh menjadi beberapa jenis masakan
misalnya dendeng belut, belut asap,sate belut,kripik belut dan belut goreng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar