Jumat, 02 Desember 2022

BUDIDAYA BELUT SKALA RUMAH TANGGA

 

BUDIDAYA    BELUT

            Gerakan makan ikan merupakan suatu program percepatan untuk meningkatkan konsumsi ikan. Pelaksanaan gerakan makan ikan ini didukung oleh Gerakan pengembangan perikanan rakyat ( gerbang perak ) . Salah satu jenis ikan yang menjadi komoditas unggulan perikanan adalah ikan belut. Kandungan gizi dalam belut tidak perlu diragukan lagi. Dinandingkan dengan zat-zat gizi dalam telor, kandungan kalori , protein, dan lemak dalam belut lebih tinggi. Apabila dibandingkan dengan zat-zat gizi dalam daging sapi , kandungan mineral dalam belut ternyata lebih tinggi.

 


            Di Indonesia , daerah penyebaran belut belum merata. Sebagian besar tersebar di Pulau jawa, Madura, Bali dan sebagian kecil Sumatra. Pada dasarnya belut hidup di air tawar , baik di sungai , danau, rawa atau di sawah.

 

Keistimewaan belut adalah mampu bertahan hidup di tanah yang airnya mengering, sebab belut mempunyai alat pernafasan khusus berupa kulit tipis yang berlipat-lipat dalam rongga mulutnya. Alat pernafasan ini dapat menyerap oksigen secara langsung dari udara. Belut selalu membuat liang-liang di pematang sawah atau selokan-selokan. Pada siang hari belut bersembunyi dalam liang liang dan pada malam hari keluar dari liang untuk mencari makan.


PENGENALAN   BELUT

            Pengenalan belut dapat dilakukan antara lain dengan berusaha untuk mengenali beberapa hal yang berkaitan dengan belut, antara lain ciri-ciri belut, jenis belut, kehidupan belut, dan kelebihan yang dapat diperoleh dari usaha budidaya belut.

A. Ciri-ciri Belut

Secara umum belut memiliki ciri-ciri fisik sebagai berikut :

1. Bentuk badan panjang ( sampai 40 cm lebih ) dan bundar mirip ular.

2. Mata kecil dan lengkung

3. Punggung berwarna kehijau-hijauan, sedang bagian perut kekuning-kuningan.

4. Tidak memiliki sirip punggung, sirip dada dan sirip dubur. Sirip punggung, sirip  dada dan sirip dubur berubah bentuk menjadi sembulan kulit-kulit yang tidak  berjari-jari.

5. Tidak memiliki sisik

6. Mempunyai insang sebanyak tiga pasang.

 

B. Jenis Belut

Klasifikasi belut dapat dirinci sebagai berikut :

Kelas               : Pisces

Subkelas          : Teleosteli

Ordo                : Synbranchoidae

Famili              : Synbranchidae

            Secara umum belut dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut.

1. Belut sawah ( Monopterus albus Zuieuw )

2. Belut rawa atau kirai atau disebut juga lindung ( Synbranchus bengalensis  Mc.Clell )

3. Belut ( Macrotema caligans Cant )

 

C. Kehidupan Belut

            Kehidupan belut sawah pada dasarnya dapat disimak sebagai berikut:

1.  Ciri khas kelamin belut adalah progynes hermaprodit atau dapat berubah-ubah. Seekor belut dapat mengalami masa-masa kosong kelamin, masa betina (umur 4-9 bln), dan masa jantan (umur 9 – 12 bln ).

2. Sifat belut kanibal, yakni saling membunuh dan memangsa.

3. Induk belut betina yang baik berumur 4 – 9 bln, dengan panjang badan 10 – 29 cm, kulit berwarna lebih cerah atau muda, dan kepala berbentuk runcing.

4. Induk belut jantan yang baik berumur 9 – 12 bln , dengan panjang badan 30 – 50 cm, kulit berwarna lebih tua, dan kepala berbentuk tumpul.

5. Perkawinan belut terjadi pada malam hari yang panas, atau kalau suhu air naik sampai 28 ° C lebih . Perkawinan akan terjadi bila induk betina terpikat oleh busa atau buih yang disusun oleh induk jantan.

6. Seekor induk betina mampu menghasilkan benih sekitar 50-5000 ekor.Telor-telor yang normal menetas dalam waktu 8-10 hari dalam air yang bersuhu sekitar 28-32 °C .

7. Anakan belut yang baru menetas diasuh oleh induk jantan selama 2 minggu. Setelah itu anakan belut meninggalkan sarang penetasan dan mencari makan sendiri. Sementara itu , sejak telor dikeluarkan dan dibuahi, induk betina pergi mencari sarang induk jantan yang lain.

 


D. KELEBIHAN BUDIDAYA BELUT.

  1. Belut memiliki kandungan gizi tinggi, terutama kandungan protein dan kalori.
  2. Dapat diusahakan ditanah pekarangan

3.   Dapat dipelihara dengan mudah

4.   Cukup tahan terhadap pencemaran air

5.  Pemasaran belut cukup lancar, baik untuk memenuhi kebutuhan rumah tanggga maupun sebagai bahan baku pada industri kecil.

 

PERSIAPAN PEMELIHARAAN.

A. PEMBUATAN BAK PEMBESARAN

            Bak pembesaran yang kedap air dibuat dengan cara sebagai berikut :

  1. Tanah dicangkul sedalam 60 cm untuk membuat bak pembesaran yang kedap air.Bak pembesaran dibuat dalam ukuran sepanjang 2 m, lebar 1m,dan kedalaman 0,8 m .Bangunan bak ini masuk dalam tanah sedalam 0,6 m agar media dalam bak selalu dingin karena belut tidak menyukai lingkungan yang panas.
  2. Bak pembesaran itu disambung dengan bak cadangan yang dibuat dengan ukuran 0,5 m x 1m x 0,2 m .

 

B. PENYUSUNAN MEDIA.

            Media dalam bak pembesaran disusun dengan cara sebagai berikut :

  1. Masukkan tanah lumpur sawah kedalam bak pembesaran setebal 10 cm.
  2. Diatas lapisan tanah lumpur sawah diberi jerami ytang sudah lapuk setebal 10 cm
  3. Diatas lapisan jerami diberi potongan potongan pelepah pohon pisang yang sudah layu setebal 10 cm .
  4. Diatas lapisan pelepah pohon pisang diberi pupuk kandang yang sudah jadi setebal 10 cm.
  5. Diatas lapisan pupuk kandang diberi tanah lumpur sawah setebal 10-20 cm dan diatur kemiringannya. 2/3 bagian tidak terendam air ,1/3 bagian terendam air .Pada bagian tidak terendam air ini baiknya ditanami tanaman sayuran seperti kangkung dan bayam. Tanaman tersebut berfungsi sebagai peneduh, dan akar-akarnya dapat dijadikan sarang telur belut.

 

 

 

 

 

 

C. PENUTUPAN BAK PEMBESARAN

            Untuk menghindari serangan hama, maka dianjurkan menutup bak pembesaran belut tersebut dengan pagar/anyaman bambu.

 

D. PEMBUATAN NAUNGAN/ATAP PENEDUH           

            Jika kondisi lingkungan disekitar bak pembesaran pansa, maka bak pembesaran tersebut perlu naungan diberi atap peneduh, yang dapat berupa tanaman kecipir, markisa, atau anggur yang dirambatkan pada para-para bambu.

 

 

E. PENGISIAN DENGAN AIR

           Air diisikan ke dalam bak pembesaran hingga setinggi 5 – 10 cm dari permukaan media teratas. Biarkan selama 2 minggu, jika tampak banyak buih, maka air harus segera diganti dengan air baru, dan didiamkan lagi selama 2 minggu. Demikian seterusnya, hingga air tidak berbuih lagi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TEKNIK PEMELIHARAAN

 

A. PENABURAN BENIH

            Benih belut yang telah memiliki panjang berkisar antara 5 – 8 cm/ekor ditaburkan ke dalam bak pembesaran. Adapun kebutuhan benih adalah 100 -150 ekor/m² atau sekitar 2 – 2,5 kg/m².

 

B. PEMBERIAN PAKAN TAMBAHAN

            Selama pemeliharaan, belut dapat memakan jasad-jasad renik di sekitarnya, namun karena jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan, maka tetap perlu diberi pakan tambahan. Pakan tambahan yang dapat diberikan antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Bangkai kelinci, marmut,ayam,atau tikus yang telah dikuliti,lalu dibenamkan kedalam lumpur lapisan teratas.
  2. Pakan berupa bangkai ini dapat diberikan setiap 2-3 minggu sekali.
  3. Ulat belatung yang diperoleh dengan cara mencampurkan ampas kelapa yang telah busuk, dedak halus,dan pupuk urea.Campuran tersebut dimasukkan kedalam suatu wadah dan diletakkan ditempat lembab. Maka  ± 1 minggu kemudian akan dihasilkan ulat belatung. Pakan ini diberikan 10 hari 1 x.

 

C. PENGENDALIAN PENYAKIT.

            Beberapa penyakit yang sering menyerang belut sawah adalah sbb :

  1. Penyakit gatal.

a. Gejala serangan :

*    Belut tampak kurus dan berenang dengan sangat lemah.

*    Belut sering menggosok-gosokkan tubuh pada benda keras disekitar bak.

 

 

 

b. Pengendalian.

      Belut yang terserang dimasukkan kedalam larutan formalin dosis 150 ppm -200 ppm ( 150 ml-200 ml per m³ air ) selama 15 menit.

2.   Penyakit Bintik putih.

a. Gejala serangan :

*    Tampak bintik putih putih pada kulit dan insang.

*    Belut sering menggosok-gosokkan tubuh yang luka pada benda keras disekitar bak.

*    Belut berenang sangat lemah dan selalu mengambang dipermukaan air.

b.Pengendalian.

                  Belut yang terserang penyakit direndam dalam larutan campuran antara formulin 25 ml per m³air dengan malacite green oksalate 0,1 gram per m³air, dan dibiarkan selama 12-24 jam. Perendaman diulangi lagi 3 hari kemudian . Setiap kali sehabis perendal\man dilakukan belut segera dimasukkan kedalam air yang segar.

3. Penyakit aeromonas

a. Gejala serangan :

*    Warna kulit belut berubah menjadi gelap

*    Belut berenang sangat lemah dan bernafas megap-megap

*    Terjadi pendarahan pada ginjal,hati dan limpa belut.

b. Pengendalian.

*    Pemberian sulphonamid melalui makanan ,dengan dosis 100 mg per kg belut selama 3-4 hari

*    Pemberian terramicine melalui makanan ,dengan dosis 50 mg per kg belut selama 7-10 hari.

*    Penyunyikan terramicine dengan dosis antara 25mg-30 mg per kg belut ,dilakukan setiap 3 hari sekali dan diulangi sebanyak 3 x.

 

 

PEMANENAN

 

            Panen dilakukan pada saat belut berumur 4 bulan sejak benih dimasukkan dalam bak pembesaran atau saat belut mencapai panjang 25-30 cm per ekor.

 

A. Pemanenan.

Pemanenan belut dilakukan dengan cara sbb :

1. Pada malam hari sebelum pengeringan, dipasang bubu berumpun secara berderet deret pada bak Didalam bubu tsb diberi umpan cacing yang diikat.

2. Keesokan harinya dilakukan pengeringan,dan diharapkan semua belut sudah terperangkap dalam bubu.

3. Sebelum dipasarkan, belut dibersihkan dari kotoran dan badannya dikerok dengan pisau tumpul.

4. Hasil panen umumnya bisa mencapai 25-35 kg per m².

B. Pengolahan.

            Pengolahan belut dilakukan dengan cara sbb :

1. Lendir dihilangkan dengan cara menetesi belut dengan air jeruk nipis atau dengan   memberinya abu.

2. Belut diletakkan diatas nyiru beralaskan daun jati,kemudian perut dibelah memanjang dan isi perut dibuang .Selanjutnya dicuci bersih dan siap dioleh menjadi beberapa jenis masakan misalnya dendeng belut, belut asap,sate belut,kripik belut dan belut goreng.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar