Jumat, 02 Desember 2022

VIRUS KUNING PADA TANAMAN CABAI



1.  Pengamatan Gejala

Gejala yang umum terlihat pada tanaman cabai yang sakit di lapangan adalah klorosis antara daun vena, daun menguning cerah, daun melekuk keatas, daun menyempit, tanaman kerdil disertai dengan tumbuhnya daun muda yang kecil-kecil dalam jumlah yang banyak, bunga rontok dan tanaman tinggal ranting dan tanaman saja yang kemudian berakhir dengan kematian tanaman 

2.  Intensitas Penyakit

Berdasarkan pengamatan dilapangan, belum ada varietas tanaman cabai yang ditanam oleh petani yang tahan atau toleran terhadap penyakit ini. Intensitas serangan pada tanaman cabai rawit berkisar antara 50%-100%, sedangkan pada cabai besar berkisar 20%- 100%. Pada cabai rawit, meskipun intensitas serangan mencapai 100%, tanaman masih mampu menghasilkan buah meskipun terjadi penurunan kuantitas dan masa petiknya lebih pendek. Sedangkan pada cabai besar, serangan 100% sudah tidak mampu menghasilkan buah

3.  Penularan Virus

Kutu putih atau kutu kebul (Bamisia tabaci) adalah merupakan vector penular penyakit ini. Kerusakan pada tanaman biasanya berhubungan dengan fluktuasi kutu putih. Satu kutu puth sudah mampu menularkan virus, dan laju penyebaranya bertambah seiring dengan peningkatan populasi vector (Mansour and Al Musa, 1992).

Pengamatan dilapang menunjukan kutu putih  sangat jarang ditemui dalam bentuk koloni pada tanaman cabai. Populasi akan meningkat dimusim kemarau. Penelitian mengenai aktivitas penerbangan kutu putih menunjukan waktu antara pukul 06.00 – 10.00 (Rahayu, 2004). Populasi mulai ada sejak masa pertanaman hingga fase pembentukan bunga dan buah serta menurun saat tanaman sudah tua.

4.  Pengendalian Penyakit

Langkah dan starategi pengendalian yang dianjurkan kepada petani adalah sebagai berikut:

a.    Menggunakan bibit sehat

Karena Gemini virus tidak tertular lewat biji, maka persemaian yeng sejak penaburan benih dilindungi dari masuknya serangga vector diharapkan bibit yang dihasilkan adalah bibit yang sehat. Langkah yang dianjurkan untuk melindungi bibit dari serangga vector adalah:

·       Dengan pengerudungan menggunakan kain kasa/kelambu

·       Tempat persemaian yang terisolasi jauh dari lahan yang terserang penyakit

·       Persemaian dilindungi dengan menggunakan pestisida nabati seperti ekstrak daun tembakau, mamba, dsb.

·       Perlindungan dengan pestisida kimiawi sacara bijaksana.

b.    Menghilangkan atau mengurangi sumber inokulum virus

Menghilangkan tanaman sakit dengan cara mencabut dan membenamkan kedalam tanah atau dibakar

c.     Sanitasi lingkungan disekitar tanaman cabai

Termasuk penyiangan gulma dan tanaman liar lainnya yang dapat menjadi inang sementara bagi virus atau juga inang bagi vector pembawa virus.



d.    Mengatur waktu tanam

Pengaturan waktu tanam dimaksudkan untuk menghindari tingginya popolasi serangga vector bersamaan dengan pemindahan bibit ke lapangan. Dari pengamatan dilapangan menunjukan bahwa tanaman muda lebih rentan terhadap inveksi virus dari pada tanaman yang sudah tua. Kerugian yang ditimbilkan juga akan lebih berat tanaman yang terserang diwaktu muda daripada tanaman tua 

e.    Mengatur jarak tanam

Jarak tanam yang terlalu rapat akan meningkatkan intensitas serangan virus, karena kutu putih dapat dengan mudah terbang dari satu tanaman ke tanaman lainnya.



f.      Pergiliran tanaman

Pergiliran tanaman dengan tanaman selain inang virus juga bukan inang serangga vektornya. Misalnya melakukan pergiliran tanaman cabai ke tembakau atau tomat adalah riskan karena ketiganya adalah inang Gemini virus.

g.    Pengendalian dengan Mulsa Plasatik Hitam Perak

Mulsa plastic hitam perak dapat memantulkan sinar ultra violet sehingga bias untuk mengusir serangga vector.



h.    Tanaman barier atau tanaman perangkap

Tanaman yang lebih tinggi misalnya jagung atau tebu yang ditanam mengelilingi lahan cabai mampu menghalangi masuknya kutu putih kelahan pertanaman. Sedangkan tanaman perangkap adalah tanaman yang disukai oleh kutu putih, diantaranya adalah ketela pohon, ketela rambat, cucurbitaceae dan sebagainya ditanam dipinggir lahan pertanaman cabai. Pengendalian kutu putih dilakukan pada tanaman perangkap ini.

i.      Pengendalian dengan kemicalia

Pengendalian dengan kemicalia untuk menekan populasi vector dilapangan. Pengendalian sebaiknya didahului dengan monitoring keberadaan kutu putih dilapangan dengan cara pengamatan langsung atau dengan perangkap warna kuning berperekat. Pengendalian dengan white oil atau insektisida berbahan aktif imidacloprid dilaporkan mampu menekan populasi kutu putih. Penyemprotan terhadap kutu kebul dilapangan sebaiknya dilakukan antara pukul 06.00 – 10.00, karena pada siang hari biasanya kutu kebul sudah pindah ketanaman lain disekitarnya. Penyemprotan dilakukan dari sisi bawah daun karena pada umumnya hinggap dan menghisap cairan tanaman dari sisi bawah daun. Penggunaan insektisida harus sesuai dengan dosis anjuran.

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar