1. Pengamatan Gejala
Gejala yang umum terlihat pada tanaman cabai yang sakit di lapangan adalah klorosis antara daun vena, daun menguning cerah, daun melekuk keatas, daun menyempit, tanaman kerdil disertai dengan tumbuhnya daun muda yang kecil-kecil dalam jumlah yang banyak, bunga rontok dan tanaman tinggal ranting dan tanaman saja yang kemudian berakhir dengan kematian tanaman
2. Intensitas Penyakit
Berdasarkan pengamatan dilapangan, belum ada varietas tanaman cabai yang ditanam oleh petani yang tahan atau toleran terhadap penyakit ini. Intensitas serangan pada tanaman cabai rawit berkisar antara 50%-100%, sedangkan pada cabai besar berkisar 20%- 100%. Pada cabai rawit, meskipun intensitas serangan mencapai 100%, tanaman masih mampu menghasilkan buah meskipun terjadi penurunan kuantitas dan masa petiknya lebih pendek. Sedangkan pada cabai besar, serangan 100% sudah tidak mampu menghasilkan buah
3. Penularan Virus
Kutu putih atau kutu kebul (Bamisia tabaci) adalah merupakan vector
penular penyakit ini. Kerusakan pada tanaman biasanya berhubungan dengan
fluktuasi kutu putih. Satu kutu puth sudah mampu menularkan virus, dan laju
penyebaranya bertambah seiring dengan peningkatan populasi vector (Mansour and Al Musa, 1992).
Pengamatan dilapang menunjukan kutu putih sangat jarang ditemui dalam bentuk koloni pada tanaman cabai. Populasi akan meningkat dimusim kemarau. Penelitian mengenai aktivitas penerbangan kutu putih menunjukan waktu antara pukul 06.00 – 10.00 (Rahayu, 2004). Populasi mulai ada sejak masa pertanaman hingga fase pembentukan bunga dan buah serta menurun saat tanaman sudah tua.
4. Pengendalian Penyakit
Langkah dan starategi pengendalian
yang dianjurkan kepada petani adalah sebagai berikut:
a.
Menggunakan bibit sehat
Karena
Gemini virus tidak tertular lewat biji, maka persemaian yeng sejak penaburan
benih dilindungi dari masuknya serangga vector diharapkan bibit yang dihasilkan
adalah bibit yang sehat. Langkah yang dianjurkan untuk melindungi bibit dari
serangga vector adalah:
· Dengan pengerudungan menggunakan kain kasa/kelambu
· Tempat persemaian yang terisolasi jauh dari lahan yang terserang penyakit
· Persemaian dilindungi dengan menggunakan pestisida nabati seperti ekstrak
daun tembakau, mamba, dsb.
· Perlindungan dengan pestisida kimiawi sacara bijaksana.
b.
Menghilangkan atau
mengurangi sumber inokulum virus
Menghilangkan tanaman sakit dengan cara mencabut dan
membenamkan kedalam tanah atau dibakar
c.
Sanitasi lingkungan disekitar tanaman
cabai
Termasuk penyiangan gulma dan tanaman liar lainnya yang
dapat menjadi inang sementara bagi virus atau juga inang bagi vector pembawa
virus.
d.
Mengatur waktu tanam
Pengaturan waktu tanam dimaksudkan untuk menghindari tingginya popolasi serangga vector bersamaan dengan pemindahan bibit ke lapangan. Dari pengamatan dilapangan menunjukan bahwa tanaman muda lebih rentan terhadap inveksi virus dari pada tanaman yang sudah tua. Kerugian yang ditimbilkan juga akan lebih berat tanaman yang terserang diwaktu muda daripada tanaman tua
e.
Mengatur jarak tanam
Jarak tanam yang terlalu rapat akan meningkatkan
intensitas serangan virus, karena kutu putih dapat dengan mudah terbang dari satu
tanaman ke tanaman lainnya.
f.
Pergiliran tanaman
Pergiliran tanaman dengan tanaman selain inang virus juga
bukan inang serangga vektornya. Misalnya melakukan pergiliran tanaman cabai ke
tembakau atau tomat adalah riskan karena ketiganya adalah inang Gemini virus.
g.
Pengendalian dengan
Mulsa Plasatik Hitam Perak
Mulsa plastic hitam perak dapat memantulkan sinar ultra
violet sehingga bias untuk mengusir serangga vector.
h.
Tanaman barier atau tanaman perangkap
Tanaman yang lebih tinggi misalnya jagung atau tebu yang ditanam mengelilingi lahan cabai mampu menghalangi masuknya kutu putih kelahan pertanaman. Sedangkan tanaman perangkap adalah tanaman yang disukai oleh kutu putih, diantaranya adalah ketela pohon, ketela rambat, cucurbitaceae dan sebagainya ditanam dipinggir lahan pertanaman cabai. Pengendalian kutu putih dilakukan pada tanaman perangkap ini.
i.
Pengendalian dengan kemicalia
Pengendalian dengan kemicalia untuk menekan populasi
vector dilapangan. Pengendalian sebaiknya didahului dengan monitoring
keberadaan kutu putih dilapangan dengan cara pengamatan langsung atau dengan
perangkap warna kuning berperekat. Pengendalian dengan white oil atau insektisida berbahan aktif imidacloprid dilaporkan mampu menekan populasi kutu putih.
Penyemprotan terhadap kutu kebul dilapangan sebaiknya dilakukan antara pukul
06.00 – 10.00, karena pada siang hari biasanya kutu kebul sudah pindah
ketanaman lain disekitarnya. Penyemprotan dilakukan dari sisi bawah daun karena
pada umumnya hinggap dan menghisap cairan tanaman dari sisi bawah daun. Penggunaan insektisida harus
sesuai dengan dosis anjuran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar